Investor saham bisa bersiap profit taking, tetap hati-hati di sejumlah sektor



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laporan kinerja keuangan emiten dan data pertumbuhan ekonomi di kuartal III 2018 dianggap sejalan dengan harapan pelaku pasar pada umumnya. Kondisi tersebut, sekaligus bisa jadi momentum bagi pelaku pasar untuk melakukan taking profit, khususnya pada saham yang sudah melonjak cepat beberapa waktu terakhir.

Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki mengatakan, beberapa sektor sudah bisa dilirik investor untuk profit taking seperti perbankan, konstruksi dan properti. Sejauh ini saham perbankan sudah rally lebih dulu dan merilis laporan keuangannya lebih awal.

"Jadi, saham perbankan sudah mulai bisa taking profit, karena (harganya) sudah mulai tinggi. Begitu juga dengan sektor konstruksi yang sudah rally banyak khususnya saham BUMN, meskipun potensi upside tetap ada. Tapi kalau mau taking profit silahkan," kata Achmad kepada Kontan.co.id, Kamis (8/11).


Sedangkan untuk sektor properti, Achmad menilai dalam dua hari terakhir saham sektor tersebut mengalami rebound yang kuat. Namun, kenaikannya belum cukup matntap lantaran belum ada katalis kuat. Hanya saja, investor bisa saja untuk profit taking memanfaatkan momentum tersebut.

"Kalau mau entry bagus, tapi awal sekarang lebih baik taking profit saham saham yang sudah rally kencang, stay in cash sampai market ada potensial koreksi, baru masuk lagi," ujarnya.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini semakin mendekati level 6.000 dan itu sudah sangat bagus. Ditambah lagi, aliran dana masuk dari asing atau capital inflow juga sudah mulai deras mengalir ke Tanah Air.

"Tapi historically, dalam lima tahun terakhir IHSG November bisa koreksi lebih dari 1%, jadi potensial untuk buy on weakness ada di November, sampai di Desember 2018 dan Januari 2019 bisa lakukan taking profit," ungkapnya.

Adapun, sektor yang perlu diwaspadai menurut BCA Sekuritas adalah sektor perkebunan. Secara historis saat semua sektor turun pada bulan November, sektor agrikultur masih mencatat kenaikan 0,3% hingga 0,4% secara rata-rata dalam lima tahun terakhir. "Agrikultur atau CPO perlu diwaspadai, karena masih ada lagging dan seringnya di akhir tahun supply akan lebih banyak dibandingkan permintaan. Sehingga, harganya juga turun dan sahamnya akan ikutan turun," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati