Investor Semakin Selektif, Pendanaan Terhadap Startup Menurun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pendanaan yang diberikan investor terhadap startup telah menjadi sorotan ketika banyak pemotongan hubungan kerja (PHK) juga terjadi. Memang, tak bisa dipungkiri kehadiran investor menjadi kunci beberapa startup ini untuk menjalankan bisnisnya.

Memang, pendanaan yang diberikan investor dinilai tak sebanyak seperti beberapa tahun sebelumnya. Hal itu dtercermin dalam Laporan e-Conomy SEA yang merupakan riset oleh Google, Temasek, dan Bain & Company.

Dalam laporan tersebut, nilai pendanaan investor dari segi jumlah transaksi memang konstan jika membandingkan antara semester pertama tahun 2021 dan 2022, yang sama-sama sekitar 300 transaksi.


Namun, jika dilihat dari sisi nilai transaksi ada penurunan yang cukup signifikan, yakni mencapai sekitar 40%. Dimana, pada periode enam bulan pertama di 2021 nilainya sekitar US$ 5 miliar dan setahun berselang kini hanya US$ 3 miliar.

Baca Juga: Dihadang Hiperinflasi, Kinerja Hedge Fund Top Dunia Hingga Kini Masih Bisa Unjuk Gigi

“Investor memprioritaskan profitabilitas dan menghadapi kekhawatiran seputar valuasi perusahaan tahap akhir,” tulis laporan tersebut dikutip KONTAN, Selasa (8/11).

Sementara itu, layanan keuangan digital mengklaim bagian terbesar dari total pendanaan investor dengan berkontribusi sekitar 44%. Itu berarti, pendanaan untuk sektor ini ada di kisaran Rp 1,32 miliar.

“Dengan fokus utama aktivitas investor pada pembayaran B2B dan layanan pinjaman,” imbuh laporan itu.

Pada posisi selanjutnya, sektor e-commerce juga masih menarik minat investor dengan kontribusi pendanaan sekitar 23%. Maklum, sektor ini masih menjadi penyumbang terbesar dalam GMV ekonomi digital dimana tahun 2022 diprediksi bisa mencapai US$ 59 miliar atau berkontribusi 76,62%.

Direktur Keuangan Mandiri Capital Indonesia (MCI) Rino Bernando mengamini bahwa saat ini beberapa modal ventura cukup selektif dalam memberikan pendanaan. Salah satunya ialah dengan tidak banyak mendanai di early stage namun memilih mendanai di growth stage.

“Kalau masuk ke growth stage otomatis secara mitigasi risiko lebih terjaga daripada masuk di early stage,” ujarnya.

Baca Juga: AC Ventures Tawarkan Program Edukasi Gratis untuk Para Pemimpin Startup

Tak hanya itu, jika di MCI sendiri, Rino bilang bahwa dengan mendanai startup yang berada di growth stage karena lebih mudah disinergikan dengan grup Mandiri. Dibandingkan mendanai startup yang berada di early stage dimana kinerja startup tersebut belum terlihat jelas.

Adapun, Rino bilang saat ini MCI sedang menyasar sektor-sektor lain seperti agriculture, healthcare, dan logistik. Menurut dia, ekspansi ini sejalan dengan inisiatif kementerian BUMN yang memang ingin mengembangkan sektor tersebut.

Editor: Anna Suci Perwitasari