KONTAN.CO.ID - TOKYO. Bitcoin merosot pada hari Senin ke level terendah dua minggu karena tindakan keras China terhadap penambangan bitcoin. Investor semakin tidak yakin tentang masa depan cryptocurrency terkemuka tersebut. Bitcoin turun serendah US$ 31.333, dan menyeret cryptocurrency lainnya. Cryptocurrency terbesar di dunia telah kehilangan lebih dari 20% dalam enam hari terakhir. Beberapa investor bitcoin khawatir kerugian lebih lanjut dapat terjadi karena formasi grafik yang dikenal sebagai death cross yang terjadi ketika garis tren rata-rata jangka pendek melintasi di bawah garis tren rata-rata jangka panjang.
China telah memperketat tindakan kerasnya terhadap cryptocurrency. Pada hari Jumat, pihak berwenang di provinsi barat daya Sichuan memerintahkan proyek penambangan bitcoin untuk ditutup. Bulan lalu Dewan Negara, kabinet China, berjanji untuk menekan pertambangan dan perdagangan sebagai bagian dari kampanye untuk mengendalikan risiko keuangan. Pada hari Senin, bank sentral China mengatakan baru-baru ini memanggil beberapa bank dan perusahaan pembayaran, termasuk China Construction Bank dan Alipay, untuk mendesak mereka lebih keras pada perdagangan cryptocurrency. Baca Juga: China makin bertindak keras, kini tutup 26 tambang uang kripto "Orang-orang masih bereaksi keras terhadap tindakan dari China yang menciptakan ketidakpastian sehingga ini kemungkinan akan berdampak negatif pada harga bitcoin," kata Ruud Feltkamp, chief executive officer di bot perdagangan crypto Cryptohopper. "China meluncurkan mata uang kriptonya sendiri dan memiliki setiap insentif untuk memiliki kompetisi sesedikit mungkin... Saya pikir kita akan melihat penambang meninggalkan China dan pindah ke tempat yang ada energi cadangan atau murah," terangnya. Data tentang penambangan langka. Namun bitcoin di China tahun lalu menyumbang sekitar 65% dari produksi global, menurut data dari University of Cambridge, dengan Sichuan sebagai produsen terbesar kedua.