Investor siap hengkang dari Batam



BATAM. Gelombang pemindahan perusahaan dari Batam, Kepulauan Riau, ke negara lain dikhawatirkan terus berlanjut. Pemogokan pekerja menjadi alasan pemindahan itu. Direktur Promosi Investasi Badan Pengusahaan (BP) Batam Purnomo Andi Antono membenarkan potensi itu. Manajemen PT Amtek Engineering yang berganti nama menjadi Interlex sudah menyampaikan kemungkinan pindah ke Vietnam. "Mereka tidak kuat kalau ada pemogokan," ujarnya, Selasa (12/1), di Batam. Pemogokan berlangsung sejak Senin (11/1) dan direncanakan berlangsung hingga akhir Januari. BP Batam sudah berusaha memediasi manajemen dengan pekerja pabrik di kawasan industri Cammo itu sejak pemogokan belum dimulai. Namun, mediasi belum berhasil. Dalam proses mediasi, pekerja meminta mereka diberhentikan dan mendapat pesangon dari manajemen lama. Selanjutnya, mereka direkrut kembali oleh manajemen baru. "Pekerja menganggap pergantian nama perusahaan berarti perusahaan berbeda. Karena itu, mereka meminta di-PHK lalu direkrut kembali," ujar Purnomo. Manajemen Interlex menyatakan tidak bisa memenuhi permintaan tersebut. Manajemen hanya menyanggupi pekerja tetap menjadi karyawan dengan masa kerja sesuai sejak mereka mulai masuk. "Karyawan yang sudah bekerja selama 15 tahun tetap dicatat 15 tahun. Tidak ada pekerja dengan masa kerja nol tahun," katanya. Perbedaan pendapat itu tidak kunjung selesai. Akhirnya, kata Purnomo, manajemen perusahaan itu mengungkapkan mereka siap pindah. "Mereka mengaku sudah siap berusaha di Vietnam. Kami masih berusaha jangan sampai itu terjadi karena kerugiannya besar sekali," ujarnya. Pemindahan perusahaan itu akan membuat 2.000 orang kehilangan pekerjaan. Ini akan menambah jumlah pengangguran di Batam. Padahal, saat ini, pencari kerja di Batam selalu bertambah. "Setiap hari, ribuan orang mengirimkan surat lamaran ke sejumlah perusahaan. Di pusat-pusat informasi lowongan kerja, ada antrean panjang pencari kerja," kata Purnomo. Relokasi juga membuat kontrak senilai US$ 20 juta batal dikerjakan perusahaan itu di Batam. Kontrak sebesar itu amat berarti di tengah kelesuan perekonomian seperti saat ini. "Karena itu, kami berusaha memediasi agar pemogokan segera berakhir dan perusahaan itu segera beroperasi lagi" katanya. Purnomo mengatakan, relokasi menjadi kontraproduktif dengan usaha pemerintah menarik investasi. Beberapa waktu lalu, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani ke Batam untuk mencegah relokasi perusahaan lain. Kini, datang masalah baru di Batam. Sementara di pabrik, para pekerja masih tetap mogok. Sebagian besar dari mereka hanya duduk-duduk di halaman dan depan pagar pabrik. Sejumlah polisi dan tentara berjaga di sana. Para pekerja mengaku, mereka belum berpikir akan mengakhiri pemogokan. Alasannya, pemogokan merupakan kesepakatan bersama. (RAZ)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Hendra Gunawan