JAKARTA. Sejumlah investor asing sudah berkomitmen untuk masuk ke pasar perbankan syariah Indonesia tahun ini, baik dengan cara mendirikan bank baru maupun mengakuisisi bank yang sudah ada. Itu sebabnya, Bank Indonesia (BI) optimistis pertumbuhan aset industri perbankan syariah di akhir 2009 akan sesuai dengan target BI. Deputi Direktur Perbankan Syariah BI Mulya E. Siregar mengungkapkan, dalam skema grand design strategy industri perbankan syariah, BI menargetkan aset perbankan syariah akan mencapai Rp 87 triliun pada akhir tahun ini. Adapun, per Desember 2008, data BI menunjukkan total aset perbankan syariah baru mencapai Rp 49,6 triliun. Tentu saja, untuk mencapai target pertumbuhan 75% nyaris tersebut, BI tidak bisa melulu mengandalkan pertumbuhan organik. BI juga mengharapkan pertumbuhan anorganik. “Jadi harapan kami akan ada beberapa bank yang mendirikan bank umum syariah (BUS),” kata Mulya. Menurut Mulya, saat ini telah ada beberapa komitmen untuk mendirikan BUS. Bukan saja dari perbankan nasional saja tapi juga dari investor asing dari Timur Tengah. Di antaranya, Albaraka Banking Group, Qatar Islamic Bank, Islamic Corporation for the Development of the Private Sector (ICD), dan satu bank asal Oman. Kebanyakan investor asing tersebut akan menggandeng atau mengakuisisi bank lokal yang sudah eksis, kecuali bank dari Oman. Menurut Mulya, bank dari Oman ini akan langsung mendirikan BUS baru. “Mereka akan menginvestasikan kurang lebih Rp 1 triliun,” katanya. Meski demikian, bank asal Oman yang belum ketahuan namanya tersebut tetap harus menggandeng investor lokal. Pasalnya, peraturan BI membatasi kepemilikan asing di bank syariah maksimal 99%. Melihat perkembangan aset perbankan syariah tahun lalu, BI memutuskan untuk tidak lagi memasang target ambisius. Regulator perbankan ini menurunkan target aset 5% dari dari total aset industri perbankan menjadi Rp 87 triliun di 2009. Tahun berikutnya BI berharap aset perbankan syariah bisa berkembang menjadi Rp 124 triliun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Investor Syariah Masuk, Aset Industri Menggemuk
JAKARTA. Sejumlah investor asing sudah berkomitmen untuk masuk ke pasar perbankan syariah Indonesia tahun ini, baik dengan cara mendirikan bank baru maupun mengakuisisi bank yang sudah ada. Itu sebabnya, Bank Indonesia (BI) optimistis pertumbuhan aset industri perbankan syariah di akhir 2009 akan sesuai dengan target BI. Deputi Direktur Perbankan Syariah BI Mulya E. Siregar mengungkapkan, dalam skema grand design strategy industri perbankan syariah, BI menargetkan aset perbankan syariah akan mencapai Rp 87 triliun pada akhir tahun ini. Adapun, per Desember 2008, data BI menunjukkan total aset perbankan syariah baru mencapai Rp 49,6 triliun. Tentu saja, untuk mencapai target pertumbuhan 75% nyaris tersebut, BI tidak bisa melulu mengandalkan pertumbuhan organik. BI juga mengharapkan pertumbuhan anorganik. “Jadi harapan kami akan ada beberapa bank yang mendirikan bank umum syariah (BUS),” kata Mulya. Menurut Mulya, saat ini telah ada beberapa komitmen untuk mendirikan BUS. Bukan saja dari perbankan nasional saja tapi juga dari investor asing dari Timur Tengah. Di antaranya, Albaraka Banking Group, Qatar Islamic Bank, Islamic Corporation for the Development of the Private Sector (ICD), dan satu bank asal Oman. Kebanyakan investor asing tersebut akan menggandeng atau mengakuisisi bank lokal yang sudah eksis, kecuali bank dari Oman. Menurut Mulya, bank dari Oman ini akan langsung mendirikan BUS baru. “Mereka akan menginvestasikan kurang lebih Rp 1 triliun,” katanya. Meski demikian, bank asal Oman yang belum ketahuan namanya tersebut tetap harus menggandeng investor lokal. Pasalnya, peraturan BI membatasi kepemilikan asing di bank syariah maksimal 99%. Melihat perkembangan aset perbankan syariah tahun lalu, BI memutuskan untuk tidak lagi memasang target ambisius. Regulator perbankan ini menurunkan target aset 5% dari dari total aset industri perbankan menjadi Rp 87 triliun di 2009. Tahun berikutnya BI berharap aset perbankan syariah bisa berkembang menjadi Rp 124 triliun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News