Investor tekstil China akan investasi US$ 200 juta



JAKARTA. Industri tekstil ternyata masih menarik minat investor. Tak cuma dari pebisnis dalam negeri tapi juga dari luar negeri.

Terbaru, sebanyak 18 pengusaha tekstil asal China berencana berinvestasi di sini. Kalau rencana ini berjalan, pengusaha China ini bakal mendatangkan modal sebesar US$ 200 juta.

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat menyebut beberapa perusahaan tekstil China ini, di antaranya adalah Hi-Tech Group Corporation dan Texhing Textile Group Co Ltd. Pengusaha tekstil negeri tembok raksasa ini masih mengincar Pulau Jawa sebagai basis produksi mereka.


Bahkan Hi-Tec Group berencana menanamkan investasi dalam jangka panjang. Diperkirakan investasi senilai US$ 6 miliar akan mereka tanamkan secara bertahap. Menurut Ade, Hi-Tech Group ini akan mengembangkan industri tekstil di Wonogiri, Jawa Tengah. Bahkan mereka mulai menjajaki mitra lokal yang juga produsen tekstil, salah satunya adalah PT Sri Rejeki Isman.

Tentu saja, kalau terealisir rencana investasi ini bakal menguntungkan industri tekstil nasional. Pasalnya investasi tersebut mampu mendongkrak kapasitas produksi tekstil nasional hingga sebesar 50%.

Apalagi investasi pengusaha asal China tersebut bakal bergerak di sektor hulu tekstil. Dengan begitu, Ade memperkirakan, kapasitas produksi tekstil hulu bisa meningkat sebesar 30%.

Pengusaha tekstil asal China tersebut berencana untuk menjadikan pasar ekspor sebagai prioritas penjualan mereka. Dengan demikian, Hi-Tech Group akan membantu daya saing tekstil Indonesia secara keseluruhan dan meningkatkan kinerja ekspor tekstil nasional.

API sendiri memprediksi ekspor tekstil nasional mencapai US$ 14 miliar di tahun ini. Nilai ekspor ini naik sekitar 5% dibandingkan realisasi ekspor pada 2011 lalu yang hanya sebesar US$ 13,3 miliar. Bahkan API yakin ekspor tekstil nasional bakal mencapai US$ 25 miliar di 2016.

Nah, bakal hadirnya pengusaha tekstil asal China ini makin meramaikan investor asing di industri tekstil. Sebelumnya, penguasa tekstil asal Korea Selatan dan Taiwan sudah berinvestasi di sini.

Direktur Tekstil dan Aneka Kementerian Perindustrian, Ramon Bangun mengatakan, sebagian besar investor asing di sektor tekstil mengincar industri hilir berupa industri garmen. Itulah sebabnya, pemerintah mengarahkan mereka untuk menanamkan investasinya di Jawa Tengah.

Secara geografis lokasi yang tingkat kesediaan airnya rendah lebih cocok untuk industri tekstil kering seperti garmen. "Tidak seperti di Majalengka yang cocoknya untuk tekstil basah seperti untuk produk kain," tandasnya.

Ramon menambahkan, salah satu alasan investor asing merelokasi pabrik ke negara lain adalah faktor biaya tenaga kerja. Nah, Indonesia punya saingan berat yakni Vietnam. Di negeri itu upah pekerjanya lebih murah ketimbang di Indonesia.

Nah, agar bisa bersaing, Indonesia harus menyiapkan tenaga kerja siap pakai di industri tekstil. Investor tekstil Korea Selatan, misalnya, sudah mengirim pekerja lokal untuk menimba ilmu di Korea Selatan. Asal tahu saja, sekitar 70% investor tekstil dan produk tekstil (TPT) berasal dari Negeri Gingseng itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can