Iphone 16 Dilarang Beredar di Indonesia, Simak Rekomendasi Saham Erajaya (ERAA)



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) dapat terkontraksi di akhir tahun seiring pelarangan penjualan iPhone 16. Kontribusi penjualan dari segmen bisnis lain diharapkan mampu mempertahankan performa solid ERAA.

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Arinda Izzaty mengatakan, pelarangan penjualan iPhone 16 di Indonesia dapat memberikan dampak negatif pada kinerja ERAA. Khususnya performa penjualan segmen ponsel pada kuartal terakhir tahun ini.

Penjualan ERAA mungkin tertekan karena Apple memiliki pangsa pasar yang besar di segmen premium. Produk iPhone keluaran terbaru biasanya selalu dinantikan dan memiliki tempat tersendiri.


Arinda berujar, kalaupun penjualan iPhone 16 tertunda di awal tahun depan, maka bisa menimbulkan backlog permintaan. Walaupun diversifikasi produk ERAA mungkin bisa memitigasi risiko tersebut.

Baca Juga: Erajaya (ERAA) Sebut PPN 12% Berpotensi Pengaruhi Harga dan Minat Beli Konsumen

‘’ERAA dapat fokus pada produk lain, termasuk flagship Android yang lebih kompetitif untuk mengurangi ketergantungan pada iPhone. Apalagi seperti yang kita ketahui, segmen kelas menengah bawah merupakan salah satu andalan dalam penjualan handphone,’’ ungkap Arinda kepada Kontan.co.id, Selasa (19/11).

Arinda memandang, permintaan untuk ponsel kelas atas Erajaya tetap kuat di tengah perubahan preferensi konsumen yang lebih memilih perangkat yang tahan lama dan berkualitas. Selain itu dengan dukungan finansial perbankan melalui program cicilan 12 hingga 24 bulan menjadi salah satu keunggulan belanja di ERAA dengan tingkat suku bunga 0%.

Di sisi lain, Arinda menuturkan bahwa ERAA tidak hanya bergantung pada penjualan ponsel, tetapi juga memanfaatkan kontribusi dari segmen lain, seperti aksesoris (earbud, smartwatch, dan lainnya), komputer, dan operator product.

Penjualan ponsel dan tablet menurun dari sebelumnya Rp 13,55 triliun di kuartal kedua menjadi Rp 12,28 triliun pada kuartal ketiga 2024. Akan tetapi, pada segmen lain mengalami kenaikan seperti aksesoris naik dari sebelumnya Rp 1,9 triliun pada kuartal kedua menjadi Rp 2,1 triliun pada kuartal ketiga 2024.

Baca Juga: Melesat 59,88%, Erajaya (ERAA) Cetak Laba Rp 791,16 Miliar per Kuartal III 2024

Segmen komputer naik dari sebelumnya Rp 592 miliar pada kuartal kedua menjadi Rp 735 miliar pada kuartal ketiga. Penjualan produk operator juga mengalami kenaikan dari sebelumnya Rp 346 miliar pada kuartal kedua menjadi Rp 350 miliar pada kuartal ketiga 2024.

Emiten sektor ritel ini juga memiliki keunggulan karena memiliki gerai offline yang tersebar luas di Indonesia. Meskipun Erajaya menawarkan harga yang cukup tinggi daripada e-commerce, masyarakat Indonesia tetap menyukai pengalaman berbelanja langsung ke toko (offline).

‘’Kehadiran toko offline ERAA mendorong minat masyarakat berbelanja,’’ imbuh Arinda.

Analis Ciptadana Sekuritas Alif Ihsanario melihat, ekspansi margin laba kotor (GPM) telah  mendorong laba berhasil di atas estimasi. Margin laba kotor terutama meningkat pada segmen ponsel dan tablet sebagai kontributor penjualan teratas ERAA, didukung oleh beberapa peluncuran baru dan potongan harga dari prinsipal.

Baca Juga: Mayoritas Kinerja Emiten Ritel Tumbuh Positif di Tengah Deflasi

Untuk diketahui, laba bersih Erajaya Swasembada (ERAA) pada kuartal ketiga mencapai Rp 267,6 miliar yang melesat 639,8% YoY.  Alhasil, laba bersih ERAA menjadi Rp 791,2 miliar yang bertumbuh 59,9% YoY, melampaui estimasi Samuel Sekuritas dan konsensus di atas 80% yang lebih daripada historis 66,2%.

Namun meskipun laba bersih lebih tinggi dari perkiraan, angka penjualan ERAA kemungkinan tepat sasaran dengan asumsi skenario penjualan kuartal keempat didominasi penjualan iPhone 16. Ciptadana Sekuritas memproyeksi penjualan ERAA mencapai Rp 67,85 triliun dengan perkiraan laba bersih sekitar Rp 951 miliar di tahun 2024.

Selain itu, penundaan peluncuran iPhone 16 hingga kemungkinan di kuartal pertama tahun depan mungkin berisiko menyebabkan penjualan kuartal keempat lesu. Hal ini pernah terlihat sebelumnya pada kasus serupa di kuartal empat 2016, ketika peluncuran iPhone 7 di Indonesia ditunda hingga kuartal pertama 2017, mengurangi rata-rata produktivitas per toko kuartal empat 2016 menjadi Rp 7,9 miliar yang terkoreksi 31,9%  yoy dan -5,2 qoq.

‘’Kami mempertahankan perkiraan laba dengan mempertimbangkan larangan penjualan iPhone 16,’’ ujar Alif dalam riset 31 Oktober 2024.

Baca Juga: Iphone 16 Tak Boleh Dijual di Indonesia, Begini Dampak ke Erajaya Swasembada (ERAA)

Alif tetap optimistis terhadap ERAA karena penundaan peluncuran iPhone di Indonesia dapat mendatangkan keuntungan tak terduga bagi penjualan di awal 2025. Namun, dia mengasumsikan sikap konservatif terhadap daya beli yang lebih rendah, di samping tantangan yang sedang berlangsung menuju optimalisasi produktivitas dan normalisasi rasio pengeluaran (opex).

Alif mempertahankan rekomendasi buy untuk ERAA dengan target harga Rp 520 per saham. Sedangkan, Arinda menyarankan buy untuk ERAA dengan target harga sebesar Rp 510 per saham.

Namun, Arinda mengingatkan, perlu diwaspadai depresiasi rupiah dan suku bunga tinggi bagi prospek kinerja ERAA. Depresiasi nilai tukar rupiah bisa meningkatkan biaya impor barang elektronik, yang dapat menekan margin keuntungan ERAA. Sedangkan, kondisi suku bunga tinggi berpotensi melemahkan daya beli konsumen, terutama untuk produk premium.

Selanjutnya: NAB Awal Reksadana ETF Diturunkan Jadi Rp 1 Miliar, Begini Kata Manajer Investasi

Menarik Dibaca: 7 Aroma Parfum Sesuai Kepribadian, Aroma Woody Artinya Apa?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati