KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Iphone 16 dilarang beredar secara komersial di Indonesia. Keputusan ini akan berdampak pada kinerja PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA). Analis Ciptadana Sekuritas Alif Ihsanario dalam riset 31 Oktober 2024 menjelaskan, penundaan peluncuran iPhone 16 hingga mungkin kuartal I tahun 2025 kemungkinan berisiko menyebabkan penjualan di kuartal IV tahun ini akan lesu. Sebab asumsi penjualan di kuartal IV tahun 2024 didominasi iPhone 16. Sejatinya kasus serupa pernah dialami oleh ERAA pada kuartal IV tahun 2016 ketika peluncuran iPhone 7 di Indonesia ditunda hingga kuartal I tahun 2017. Saat itu, ERAA mengurangi rata-rata produktivitas per toko di kuartal IV tahun 2016 menjadi Rp 7,9 miliar, turun 31,9% secara tahunan dan turun 5,2% secara kuartala. Namun rata-rata produktivitas per toko selama 10 tahun untuk kuartal IV adalah Rp 10 miliar per toko dengan pertumbuhan rata-rata kuartalan 19,9%.
Baca Juga: Bursa Asia Memerah Jumat (1/11) Pagi, Indeks Nikkei Jepang Memimpin Penurunan Meski terjadi penundaan peluncuran iPhone di Indonesia, Alif melihat ERAA akan mendapat keuntungan besar di semester I tahun 2025. "Kami mengasumsikan sikap konservatif terhadap daya beli yang lebih rendah, di samping tantangan yang sedang berlangsung menuju optimalisasi produktivitas dan normalisasi rasio opex," terang dia. Untuk itu, Ciptadana Sekuritas masih mempertahankan peringkat beli saham ERAA dengan target harga Rp 520 per saham. Target ini menyiratkan PER tahun 2025 di 7,96 kali. Asumsi ini juga setelah melihat realisasi kinerja ERAA hingga September tahun ini tumbuh. Laba bersih Erajaya Swasembada (ERAA) pada kuartal III tahun ini mencapai Rp 267,6 miliar, naik 639,8% secara tahunan. Sehingga laba ERAA selama sembilan bulan di tahun ini menjadi Rp 791,2 miliar atau naik 59,9% secara tahunan. "Laba ini melampaui estimasi kami sebesar 84,1% dan konsesus analis 78,9% dari tahun 2024, dimana secara historis sebesar 66,2%," jelas Alif. Secara kuartalan, laba bersih ERAA turun 0,3% sejalan dengan penurunan penjualan. Pendapatan ERAA diperkirakan mengalami penurunan 5,9% secara kuartalan menjadi Rp 15,5 triliun, tetapi tumbuh 11,3% secara kuartalan. Ini didorong pertumbuhan penjualan di seluruh segmen kecuali produk operator yang terkontraksi 33,2% secara tahunan dan naik 1,2% secara kuartalan. Pada segmen penjualan telepon seluler dan tablet terjadi pertumbuhan 9,7% secara tahunan dan turun 9,3% secara kuartalan. Sementara penjualan komputer dan perangkat elektronik lainnya naik 126,1% secara tahunan dan naik 24,2% secara kuartalan. Dimana penjualan aksesori dan lainnya tumbuh 13,2% secara tahunan dan naik 7,2% secara kuartalan. Hal ini membawa pendapatan ERAA selama sembilan bulan di 2024 menjadi Rp 48,6 triliun, naik 13,5% secara year on year (yoy) mencerminkan 71,6% dari estimasi Ciptadana Sekuritas. "Kami anggap sesuai dimana secara historis di 71,2%," papar Alif. Laba kotor tercatat sebesar Rp 1,9 triliun, naik 32,4% secara tahunan dan naik 7% secara kuartalan. Sehingga margin laba kotor menjadi 12%, berada di atas rata-rata historis tiga kuartalan sebesar 9%.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham CLEO, BUKA dan CUAN untuk Perdagangan Jumat (1/11) Kejutan margin laba kotor kuartal III-2024 didorong peningkatan margin kotor ponsel dan tablet yang mencapai 10,3% sebagai kontributor penjualan teratas sebesar 79,3%. Kenaikan didukung peluncuran produk baru dan potongan harga dari prinsipal diikuti aksesori dan lainnya yang mencapai 23,4% dengan kontribusi 13,7%. Taktik penjualan silang ini berhasil mendorong aksesori ponsel merek pribadi mereka IT dan Lumina. Dimana produk operator mencapai 8,2% meskipun hanya berkontribusi 2,3%, diuntungkan perubahan terbaru menuju model bisnis ritel menyusul pemutusan perjanjian distribusi untuk produk-produk Indosat secara eksklusif.
"Kami mengantisipasi lonjakan margin laba kotor, khususnya di segmen ponsel untuk melihat normalisasi, karena kami berasumsi tidak adanya penjualan iPhone 16 dan peluncuran flagship baru Samsung telah terjadi, sehingga tidak ada katalis lebih lanjut," ujar Alif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana