IPO BTPN Syariah kelebihan permintaan 1,7 kali



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk (BTPS) resmi mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (8/5). Dalam hajatan penawaran perdana saham ke publik alias initial public offering (IPO), emiten perbankan ini mengalami kelebihan permintaan (oversubsribed) sebanyak 1,7 kali.

Perusahaan menawarkan saham sebanyak 770,37 juta saham. Namun, permintaan yang masuk mencapai 1,31 miliar saham.

“Melalui pencatatan ini, BTPN Syariah resmi melantai di Bursa Efek Indonesia. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mengantarkan BTPN Syariah sampai ke titik ini, terutama kepada nasabah kami. Selanjutnya kami siap menjalankan bisnis secara lebih terbuka,” kata Direktur Utama BTPN Syariah Ratih Rachmawaty di BEI, Jakarta, Senin (8/5).


Ratih menjelaskan, dana yang diperoleh pada proses ini akan digunakan untuk meningkatkan volume pembiayaan segmen nasabah pra-sejahtera produktif yang telah menjadi fokus bisnis perseroan selama tujuh tahun terakhir.

Dalam proses IPO BTPN Syariah, bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek adalah PT Ciptadana Sekuritas Asia. “Baik institusi maupun ritel banyak yang berminat menjadi pemegang saham. Namun sampai pada saat penutupan penawaran umum minggu lalu, pembeli terbesarnya adalah institusi yang memiliki profil investasi jangka panjang”, tutur Ferry Tanja, Direktur Utama PT Ciptadana Sekuritas Asia.

BTPN Syariah berniat menjadi bank syariah dengan keuangan inklusif. Emiten berkode BTPS ini menyalurkan pembiayaan tanpa agunan kepada perempuan dari keluarga pra-sejahtera produktif. Perusahaan melihat nasabah pra-sejahtera produktif tidak hanya membutuhkan akses pembiayaan untuk meningkatkan taraf hidup.

Dengan mengimplementasikan prinsip sosial dan bisnis secara bersamaan ini, BTPS mencatatkan pertumbuhan yang positif selama beberapa tahun terakhir. Hingga akhir Maret 2018, total aset mencapai Rp 9,5 triliun atau tumbuh 24,1% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Dana pihak ketiga mencapai Rp 6,7 triliun atau tumbuh 18,8% year on year (yoy).

Per kuartal I-2018, pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp 6,2 triliun atau tumbuh 21,9% yoy. Penyaluran pembiayaan dilakukan dengan tetap menjaga kualitas, tercermin dari rasio pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) di level rendah, yakni 1,67%.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini