IPO Daya Mandiri Resources mundur di tengah jalan



JAKARTA. Rencana PT Daya Mandiri Resources menggelar penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO), terkendala. Otoritas bursa yakni Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak meluluskan rencana Daya Mandiri menggelar IPO akhir tahun ini.

Eddy Sugito, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, enggan mengungkapkan penyebab mundurnya rencana IPO anak usaha PT Daya Indo Resources International Tbk (KARK) tersebut. "Bukan ditolak, namun diundur," kata Eddy, Senin malam (31/10).

Daya Mandiri sejatinya telah memasukkan dokumen IPO ke otoritas bursa, awal Oktober 2011. Daya Mandiri berniat melepas 30% sahamnya ke publik. Target dana yang diperkirakan bisa terjaring dalam IPO nanti sekitar Rp 700 miliar.


Daya Mandiri telah menunjuk Andalan Artha Advisindo (AAA) Sekuritas sebagai penjamin emisi atau underwriter IPO. Andri Rukminto, Direktur Utama AAA Sekuritas, enggan mengungkapkan penyebab gagalnya rencana IPO Daya Mandiri. "Lebih baik anda cek ke emitennya langsung," kata dia.

Sudiro Andi Wiguno, Direktur Utama KARK, juga memilih tutup mulut ketika dikonfirmasi tentang gagalnya rencana anak usahanya tersebut. "Nanti saya update," janji dia.

Mengutip laporan keuangan KARK September 2011, Daya Mandiri terikat pinjaman dengan Bank International Indonesia (BII) dan Bank Rakyat Indonesia (BRI). Kredit dari BII senilai Rp 63,5 miliar dan US$ 2,02 juta. Utang ini ditarik mulai September 2008.

Kredit tersebut terdiri atas pinjaman rekening koran senilai Rp 10 miliar. Daya Mandiri menggunakannya untuk pembiayaan operasional perusahaan. Lalu, pinjaman promes berulang I untuk modal kerja pengadaan batubara ke Bukit Asam Prima dan Indonesia Power dengan skema piutang Rp 40 miliar.

Ada juga pinjaman dalam bentuk bank garansi yang digunakan Daya Mandiri sebagai jaminan pengadaan batubara Indonesia Power senilai Rp 13 miliar. Berikut, pinjaman promes langsung senilai US$ 2,02 juta untuk membiayai tagihan dokumen ekspor setelah pengapalan barang.

Pada Januari 2011, BII merevisi persetujuan restrukturisasi fasilitas kredit. Hingga total nilai hanya menjadi Rp 70 miliar. Nah, dalam perjanjian kredit tertulis, Daya Mandiri tidak bisa mengubah anggaran dasar dan IPO, selama kredit masih terutang dan terus diperpanjang. Dengan BRI, Daya Mandiri memiliki utang Rp 28 miliar, yang diperoleh pada Maret 2010 untuk modal kerja.

Di luar ikatan kredit tersebut, santer beredar kabar tersandungnya KARK karena permasalahan perjanjian kredit dengan Geo Link Nusantara, perusahaan jasa industri minyak dan gas. Daya Indo berjanji memberikan pinjaman US$ 300 juta jika Geo Link membeli saham emiten sektor energi ini senilai US$ 1 juta.

Namun, ketika Geo Link sudah membeli saham KARK, manajemen Daya Indo tidak juga menepati janjinya. Hasiholan Sitorus, Sekretaris Perusahaan Daya Mandiri, memilih bungkam ketika KONTAN mencoba mengkonfirmasi permasalahan ini. Sampai berita ini ditulis, pesan pendek maupun panggilan telepon KONTAN tidak direspon Daya Mandiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ruisa Khoiriyah