IPO, Gihon Telekomunikasi bidik Rp 260 miliar



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Gihon Telekomunikasi Indonesia mulai menjajakan saham perdananya kepada calon investor. Perusahaan menara telekomunikasi ini akan melepas maksimal 200 juta saham baru atau 33,49% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.

Harga pelaksanaan initial public offering (IPO) ditetapkan sebesar Rp 1.100-Rp 1.300 per saham. Sehingga, Gihon akan memperoleh dana sebesar Rp 220 miliarRp 260 miliar dari hajatan ini.

Presiden Direktur Gihon Telekomunikasi Rudolf P. Nainggolan mengatakan, sebanyak 72% dari dana IPO akan digunakan untuk membayar utang Rp 150 miliar ke Bank Mandiri. Lalu, 23% hasil IPO digunakan untuk modal kerja dan sisanya digunakan untuk belanja modal.


Gihon menunjuk Indo Premier Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Associate Director Indo Premier Sekuritas Eban S. Banowo mengatakan, harga IPO yang ditetapkan mencerminkan price earning ratio (PER) yang tak jauh berbeda dengan PER industri saat ini, sekitar 15 kali sampai 20 kali.

Usai IPO, perusahaan ini berencana menambah 67 menara dengan investasi Rp 67 miliar. "Penambahan menara dilakukan secara organik maupun anorganik," ujar Rudolf di Jakarta, Jumat (2/3).

Mayoritas menara baru ini akan dibangun di Sumatra. Tapi, Gihon juga berminat memperluas lokasi menara ke Kalimantan dan Papua.

Gihon juga menjajaki peluang menambah menara dengan akuisisi. Hingga kuartal III-2017, Gihon memiliki 443 menara. Perusahaan ini membidik pendapatan naik 15%.

Kepala Riset Ekuator Swarna Sekuritas David Sutyanto menilai, IPO Gihon Telekomunikasi cukup menarik. "Industri ini sedang bagus karena berkembangnya sektor telekomunikasi," kata dia.

Namun, ia menilai harga IPO yang ditetapkan cenderung mahal. Pasalnya, skala bisnis perusahaan ini masih tergolong kecil dibanding emiten menara lainnya.

Namun, David menilai kinerja Gihon cukup baik dengan komposisi sewa yang besar dari operator ternama, seperti XL Axiata, Telkom, Hutchison 3 Indonesia, Smartfren dan Indosat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini