IPO induk bakal topang kinerja JPFA



JAKARTA. Pengendali PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), Japfa Ltd akan mencatatkan saham di Bursa Singapura. Penawaran umum saham itu mulai berlangsung pada 8 Agustus dan berakhir hari ini, Rabu (13/8).

Harga saham baru itu dibanderol S$ 0.8 per saham. Perseroan  ini bisa mendapatkan dana segar sekitar S$ 216,4 juta dari Initial Public Offering (IPO). Rencananya, dana itu untuk mengembangkan usaha di beberapa negara, seperti China, Mongolia, Vietnam, Myanmar dan India. Japfa juga akan mengalokasikan dana penerbitan saham baru itu untuk membayar utang.

Dana tambahan yang didapat dari pasar modal itu akan menjadi amunisi Japfa mengembangkan bisnis. Nah, karena sebagian besar pendapatan Japfa Ltd berasal dari JPFA Indonesia, para analis menilai efek dari IPO ini akan cukup signifikan terhadap kinerja JPFA di masa datang.


Japfa Ltd memiliki 57,5% saham JPFA. Segmen bisnisnya terbagi menjadi tiga lini, yakni produk susu, protein hewan, dan makanan jadi. Betrand Raynaldi, Kepala Riset KDB Daewoo Securities dalam riset Selasa (12/8), memaparkan, kontribusi dari bisnis protein hewan ke pendapatan Japfa Ltd paling tinggi, yakni mencapai 87%. Sisanya 5% berasal dari produk susu, dan 8% dari makanan jadi.

Sementara kontribusi produk susu ke laba bersih Japfa Ltd mencapai 32%, protein hewan 67% dan makanan jadi 1%. Betrand bilang, pendapatan dan laba bersih JPFA di Indonesia memberikan kontribusi hingga 79,5% ke pendapatan Japfa Ltd. Sementara kontribusi laba bersih JPFA ke induknya mencapai 67% terhadap total konsolidasi.

Robertus Yanuar Hardy, Analis Reliance Securities mengatakan, dampak yang dirasakan JPFA dari IPO induknya di Singapura akan terasa dalam jangka panjang. Setelah meraih dana IPO Japfa Ltd akan makin mudah melakukan diversifikasi produk. Dan secara tak langsung, jangkauan pasar JPFA Indonesia pun bakal makin luas.

Apabila, sang induk menggunakan sebagian dana IPO untuk refinancing utang, termasuk utang anak usaha, kinerja JPFA bisa tertolong. Soalnya, Robertus bilang, salah satu hal yang menjadi penghambat kinerja JPFA adalah surat utang yang membebani margin laba.

Utang obligasi JPFA per kuartal I 2014 US$ 218 juta. Sehingga, debt to equity ratio (DER) JPFA sudah di atas 1 kali, jauh lebih tinggi dari emiten sejenisnya di Indonesia. Apalagi saat ini, JPFA masih rentan tekanan depresiasi rupiah. "Karena itulah margin laba JPFA lebih kecil jika dibandingkan emiten poultry lain," jelas Robertus, kepada KONTAN.

Harga saham menguat

Dana IPO yang diperoleh induk JPFA tentu akan membantu untuk meningkatkan produksi. Robertus yakin, JPFA bisa memperbaiki kinerja di semester II. IPO sang induk juga akan membuat saham JPFA makin seksi di mata investor.

Harga JPFA sejak awal Agustus (4/8) telah menguat 2,02%. Selasa (12/8), harga JPFA di Rp 1.260 per saham naik 0,4% dibanding hari sebelumnya. Betrand mengatakan, harga IPO Japfa Ltd jauh lebih mahal sebab berdasarkan prospektus earning per share (EPS) S$ 0,0282. Sehingga harga IPO Japfa Ltd di Price Earning Ratio (PER) 28,4 kali lebih tinggi dibanding harga JPFA di PER 22,9 kali.

Tapi Betrand optimistis, minat investor terhadap saham baru ini besar. Robertus menilai, diversifikasi bisnis JPFA di bisnis makanan olahan menjadi keunggulan emiten ini dibandingkan pesaing. Dia yakin, pendapatan JPFA tahun ini akan tumbuh 13,4% menjadi Rp 24,2 triliun dengan laba bersih bisa naik 20%-25% year on year. Namun, Robertus masih merekomendasikan hold di Rp 1.310. Itu mencerminkan PER  2015 13,1 kali.     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana