JAKARTA. Hingga bulan Maret 2013, Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah kedatangan enam tamu baru yang mencatatkan sahamnya. Emiten perdana pada tahun ini adalah PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk (BBRM) yang mencatatkan sahamnya pada 9 Januari 2013 lalu. Baru kemudian disusul oleh PT Saraswati Griya Lestari Tbk (HOTL) pada 10 Januari 2013; PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME) pada 11 Januari 2013; PT Multi Agro Gemilang Plantation Tbk (MAGP) pada 16 Januari 2013; PT Trans Power Marine Tbk (TPMA) pada 20 Februari 2013, dan PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP) pada 22 Februari 2013. BEI optimistis, tahun ini, jumlah perusahaan yang melakukan
initial public offering (IPO) bisa mencapai target sebanyak 30 emiten. Menurut Direktur Utama BEI, Ito Warsito, target tersebut memang jauh dari pencapaian IPO tertinggi yang terjadi pada 1994 dengan 47 emiten dalam satu tahun. "Jadi, target tersebut masih realistis untuk dicapai," terang Ito.
Optimisme BEI tersebut cukup beralasan. Pada bulan ke tiga tahun ini saja, sudah terdaftar 32 calon emiten yang mengantre mengajukan permohonan untuk mencatatkan sahamnya di bursa. Siapa saja mereka? Berikut daftarnya sekaligus perkiraan nilai emisi:
Perkiraan Calon Emiten di BEI tahun 2013 |
No | Nama Perusahaan | Perkiraan Jadwal Listing | Penjamin Pelaksana Emisi | Perkiraan Nilai Emisi |
1 | Airasia Indonesia | Kuartal III - 2013 | CIMB Securities Indonesia - Credit Suisse Sec Indonesia | US$ 150-200 juta |
2 | Bank Kesejahteraan Ekonomi | Awal 2013 | Belum Ditentukan | Belum Ditentukan |
3 | Bank Maspion Indonesia | SMT I-2013 | Makinta Securities | Rp 127,3 miliar |
4 | Bank Nationalnobu (Bank Nobu) | 4/1/2013 | Ciptadana Securities | Rp 500 miliar |
5 | BPD DKI | SMT I-2013 | Belum Ditentukan | Rp 300-370 miliar |
6 | BPD Sumut | SMT I-2013 | Belum Ditentukan | Rp 700-800 miliar |
7 | Blue Bird | 2013 | Belum Ditentukan | US$ 200 juta |
8 | Cipaganti Citra Graha | 1/1/2013 | Woori Korindo Securities Indonesia | Rp 250-350 miliar |
9 | Citra Borneo Indah | Kuartal I - 2013 | Mandiri Sekuritas - Citigroup - Morgan Stanley - BNP Paribas | Rp 1 triliun |
10 | Daya Mandiri Resources Indonesia | 2013 | Belum Ditentukan | Rp 700 miliar |
11 | Dyandra Media Internasional | 3/1/2013 | OSK Nusadana Securities Indonesia - Mandiri Sekuritas | Rp 448,7 miliar |
12 | Ekasari Lorena Transport | SMT I-2013 | Valbury Asia Scurities | Rp 300-500 miliar |
13 | PT Indoprima Gemilang | 2013 | Belum Ditentukan | Belum Ditentukan |
14 | Intan Baruprana Finance | 2013 | Belum Ditentukan | Belum Ditentukan |
15 | Pacific Agro Sentosa | 2013 | Mandiri Sekuritas - Danatama Makmur | Rp 1 triliun |
16 | Saratoga Investama Sedaya | Pertengahan 2013 | Belum Ditentukan | US$ 200 juta |
17 | Semen Batam | 2013 | Belum Ditentukan | Rp 200-300 miliar |
18 | Siba Surya | 2013 | Ciptadana Securities | Rp 500 miliar |
19 | SidoMuncul | SMT I-2013 | Belum Ditentukan | Belum Ditentukan |
Calon Emiten BUMN |
20 | Daya Mitra Telekomunikasi (Mitratel) | Kuartal III - 2013 | Belum Ditentukan | Belum Ditentukan |
21 | Infomedia Nusantara | SMT I-2013 | Belum Ditentukan | Belum Ditentukan |
22 | Garuda Maintenance Facility Aero Asia | SMT I-2013 | Belum Ditentukan | Belum Ditentukan |
23 | Krakatau Wijayatama | Kuartal II-2013 | Belum Ditentukan | Belum Ditentukan |
24 | Pegadaian Indonesia | 2013 | Belum Ditentukan | Rp 5,3-6,4 triliun |
25 | Pertamina Hulu Energi | 2013 | Belum Ditentukan | Belum Ditentukan |
26 | Pertamina Drilling Services Indonesia | 2013 | Belum Ditentukan | Belum Ditentukan |
27 | Pertamina Geothermal Energy | 2013 | Belum Ditentukan | Belum Ditentukan |
28 | Pertamina Gas | 2013 | Belum Ditentukan | Belum Ditentukan |
29 | PLN Batam | SMT I-2013 | Bahana Securities | Belum Ditentukan |
30 | Pos Indonesia | SMT II-2013 | Belum Ditentukan | Rp 1-1,5 triliun |
31 | Pos Logistik | 2013 | Belum Ditentukan | Belum Ditentukan |
32 | Semen Baturaja | 2013 | Bahana Securities - Mandiri Sekuritas | Rp 1 triliun |
Sumber diolah PT. Phillip Securities Indonesia Divisi Corporate Finance |
IPO Bodong IPO yang akan dilakukan oleh calon emiten bisa menjadi peluang bagi investor yang ingin menanamkan modalnya. Bahkan tidak sedikit investor yang berharap dapat menangguk untung besar dari pelepasan saham perdana emiten. Namun, yang perlu diingat, tidak selalu saham IPO menanjak saat listing perdana. Bisa jadi, saham IPO tersebut malah merosot tajam. Atau bisa juga, saham IPO menanjak pada hari pertama pencatatan saham. Namun pada hari-hari berikutnya, saham tersebut dilanda aksi jual dan tak mampu bangkit lagi alias menjadi saham tidur. Nah, kalau sudah begini, dapat dipastikan investor akan merugi. Irwan Ariston Napitupulu, Pengamat Pasar Modal, memiliki istilah sendiri untuk saham jenis ini. “Kalau ada saham yang hari perdananya harganya melejit, namun beberapa bulan kemudian jatuh ke titik terendahnya, itu namanya IPO bodong! Masa baru dapat duit langsung anjlok,” jelas Irwan kepada KONTAN. Dia memberikan contoh kasus IPO saham PT Star Petrochem Tbk (STAR) yang melantai di BEI pada tahun 2011 lalu. Jika melihat dari pergerakannya, sejak listing pada 13 Juli 2011, pergerakan saham STAR terus menanjak dari posisi harga penawaran di Rp 102. Puncaknya, saham STAR sempat bertengger di level tertinggi yakni Rp 310 pada 6 September 2011. Itu artinya, dalam kurun waktu dua bulan, kenaikan saham STAR mencapai 203,9%. Cukup fantastis. Namun, investor tak menduga, setelah mencapai level tersebut, harga saham ini terus melandai dan mencapai level terendahnya yakni Rp 50 pada 10 Mei 2012. Saat ini, posisi saham STAR masih terpuruk pada posisi Rp 50, di bawah harga saham IPO. Untuk menghindari saham IPO bodong, ada beberapa ciri khusus yang dapat dijadikan patokan investor. Misalnya saja, pada saat mendapatkan dana baru dari IPO, perusahaan tidak memperuntukkan dana tersebut sesuai dengan prospektus. Ciri lainnya, bisnis dan nama perusahaan tidak jelas dan tidak pernah didengar sebelumnya. “Ada salah satu cara untuk membuktikan kejelasan sebuah perusahaan. Cek langsung alamat perusahaan tersebut. Jangan-jangan kantornya hanya berupa ruko atau garasi depan rumah saja. Ini yang patut dicurigai,” paparnya. Ini tipsnya Lantas, apa yang harus dilakukan investor sebelum memilih dan membeli saham IPO? Pengamat Pasar Modal Jimmy Dimas Wahyu berpendapat, sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada saham IPO, ada beberapa hal yang kudu menjadi perhatian investor maupun trader.
Pertama, investor harus mengetahui terlebih dulu berapa banyak porsi saham yang akan dilepas. Menurutnya, jika saham yang dilepas porsinya sedikit, investor patut waspada karena bisa tidak likuid. "Lain halnya jika porsi saham yang ditawarkan besar. Biasanya investor lebih suka karena sahamnya akan semakin likuid," papar Jimmy.
Kedua, investor perlu memperhatikan
track record penjamin emisi calon emiten. Investor disarankan gencar mencari tahu pengalaman dari penjamin emisi tersebut saat melakukan penawaran saham. “Sukses tidak pelaksanaannya? Kelebihan permintaan
(oversubscribe) tidak? Kalau banyak permintaan, berarti bagus,” paparnya. Selain itu, perhatikan pula
track record penjamin emisi pasca listing. Jika harga saham emitennya terus menanjak, dapat diartikan penjamin emisi tersebut memiliki strategi yang cukup baik dalam menangani IPO.
Ketiga, masih menurut Jimmy, jangan sampai investor membeli kucing dalam karung. Maksudnya, investor harus mengetahui calon emiten tersebut bergerak pada sektor apa, memperhatikan laporan keuangannya dalam tiga tahun terakhir, serta membandingkan kinerja calon emiten dengan perusahaan lain yang sejenis. “Ada beberapa indikator yang dapat dilihat seperti
price earning ratio (PER),
price book value (PBV), serta
net asset value (NAV). Semuanya tergantung dari sektor emiten yang terkait,” jelas Jimmy. Irwan menambahkan, sebaiknya memilih saham IPO perusahaan yang grup-nya sudah eksis, terpercaya, dan jelas bisnisnya. Dia mencontohkan, kelompok Astra sudah terkenal mumpuni dalam menjalani bisnis di Indonesia. Selain itu, lanjut Irwan, investor juga bisa melihat dari valuasi harga sahamnya. Hal ini bisa dilihat dari nilai
price earning ratio (PER) perusahaan tersebut. “Jika PER-nya tinggi disertai dengan pertumbuhan kinerja yang baik, itu bagus. Tapi kalau PER-nya tinggi namun
growth-nya rendah, ini harus dipertanyakan,” urainya. Bagi Anda yang awam, PER merupakan perbandingan antara harga saham dengan laba bersih perusahaan. Untuk menghitungnya, Anda dapat membagi harga saham dengan
earning per share (EPS). Informasi ini bisa didapatkan dari laporan keuangan calon emiten. Semakin tinggi PER, semakin mahal pula harga sahamnya. Sementara, PBV lebih fokus pada laba bersih yang dihasilkan perusahaan. Pengertian dari PBV sendiri yakni membandingkan harga saham dengan nilai ekuitas per saham. Untuk menghitungnya, Anda dapat membagi harga saham dengan
Book Value atau nilai buku.
Book Value ini didapat dari ekuitas dibagi rata-rata jumlah saham yang beredar. Semakin tinggi nilai PBV, semakin mahal pula harga sahamnya. Sedangkan NAV merupakan nilai total portofolio dikurangi dengan kewajiban-kewajiban dalam portofolio. Dalam konteks valuasi, NAV adalah nilai buku aset perusahaan dikurangi dengan kewajiban-kewajiban (utang) perusahaan. Nah, tips yang
keempat, perhatikan peminat saham IPO pada saat
go public. Jika hanya diminati oleh investor domestik, hal itu bisa menjadi sinyal bahwa saham tersebut kurang menarik. Lain halnya jika manager asing turut memburu saham IPO tersebut, di mana mereka melihat ada sesuatu yang berpotensi terhadap kinerja emiten. Irwan sendiri secara ekstrem menyarankan agar investor dan trader menghindari investasi pada saham IPO. Mengapa? “Berdasarkan pengalaman saya, berinvestasi pada saham IPO sangat sulit. Apalagi perusahaan tersebut belum dapat dilihat
performance-nya sehingga sulit menghitung kinerjanya,” urainya. Irwan memberikan gambaran, jika saham IPO-nya bagus, biasanya sangat sulit sekali mendapatkan penjatahan. Sehingga, kalaupun nantinya dapat, jumlah yang diterima juga jauh di bawah pesanan alias sedikit. Namun jika saham IPo-nya tidak terlalu bagus, investor atau trader bisa mendapatkan banyak saham IPO. Namun berisiko harganya akan turun. Jadi, “Sebaiknya sebisa mungkin hindari saham IPO,” jelas Irwan. Sementara, Jimmy menyarankan, cara termudah untuk mendapatkan saham IPO adalah dengan memesannya dari penjamin emisi atau
underwriter pelaksana IPO. Sebab, biasanya, para penjamin emisi akan mengutamakan nasabahnya. DAFTAR EMITEN BARU 2013
No | Nama Emiten | Ticker | Emisi (Rp Miliar) | Waktu Listing |
1 | PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk | BBRM | 138 | 9 Januari 2013 |
2 | PT Saraswati Griya Lestari Tbk | HOTL | 101.75 | 10 Januari 2013 |
3 | PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk | SAME | 72 | 11 Januari 2013 |
4 | PT Multi Agro Gemilang Plantation Tbk | MAGP | 440 | 16 Januari 2013 |
5 | PT Trans Power Marine Tbk | TPMA | 90.85 | 20 Februari 2013 |
6 | PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk | ISSP | 855.5 | 22 Februari 2013 |
Selektif memilih calon emiten Untuk menghindari terjadinya IPO bodong, para perusahaan sekuritas memiliki strategi khusus. Direktur Utama Ciptadana Securities Ferry Budiman Tanja mengaku, melakukan filter secara ketat sebelum memutuskan untuk menjadi penjamin emisi IPO suatu perusahaan. “Pokoknya akan kami filter habis-habisan. Tidak asal terima emiten untuk IPO. Terutama ya melihat fundamental dan prospek ke depannya,” jelas Ferry.
Menurutnya, yang paling penting untuk diperhatikan investor adalah fundamental calon emiten, terutama kinerja keuangan. “Setelah itu, kami akan mengawal bahwa calon emiten tersebut harus mewujudkan apa yang telah mereka janjikan ke depannya,” paparnya. Direktur Utama Bahana Securities, Eko Yuliantoro, menguraikan, yang paling penting bagi para investor sebelum membeli saham IPO adalah
investment thesis. “Ini dilakukan untuk melihat penawaran apa saja yang menarik dari calon emiten. IPO dilakukan untuk menunjukkan growth story. Kinerja ke belakang hanya sebagai gambaran saja,” jelas Eko. Bahana Securities, lanjut Eko, selalu berupaya agar tidak ada pihak yang dirugikan, baik calon emiten maupun calon investor. “Kami akan memastikan tujuan dilakukannya IPO ini harus jelas. Yaitu untuk meningkatkan
value baik bagi calon emiten maupun investor,” kata Eko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie