NEW YORK. Seluruh mata di Sillicon Valley dan Wall Street akan tertuju pada perusahaan aplikasi Line, di mana mayoritas warga AS tidak pernah mengunduhnya. Line merupakan operator aplikasi pesan asal Jepang yang sangat populer di Thailand, Indonesia, Taiwan, dan Jepang. Namun, perusahaan ini akan mencatatkan transaksi sahamnya di New York pada Kamis (14/7) ini dan di Tokyo pada Jumat (15/7) besok. Kabarnya, IPO Line digadang-gadang merupakan IPO perusahaan teknologi dengan nilai terbesar pada tahun ini.
Memang di luar sejumlah negara Asia, aplikasi ini dapat diabaikan dan diganti dengan layanan chating lainnya. Tapi, di empat market tersebut, Line merupakan segalanya. Line digunakan untuk menelpon dan mengirimkan pesan kepada teman, membaca berita dan aplikasi hiburan, platform pembayaran mobile, studio game, dan jasa layanan musik streaming. Line bahkan sudah membuka toko ritel, jasa layanan antar serta grosir, dan menjual stiker digital dengan nilai jutaan dollar per tahunnya. Masalahnya adalah dalam laporan kinerjanya untuk go public, Line mencatat penurunan yang sangat signifikan di sejumlah negara di luar empat negara Asia yang tadi disebutkan. Padahal, pada saat yang sama, sejumlah pesaingnya seperti Facebook yang memiliki WhatsApp dan WeChat mengalami pertumbuhan pesat secara global.