KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penawaran umum perdana saham alias initial public offering (IPO) PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dinilai bakal memuluskan pengembangan Panas Bumi di Indonesia. Hal ini mengingat dana hasil IPO dari anak usaha Pertamina tersebut digunakan untuk mengembangkan kapasitas panas bumi. “Yang menjadi nilai tambah adalah ekspansi PGEO berupa penambahan kapasitas. IPO ini salah satu upaya untuk memenuhi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik. Kalau tidak ada penambahan kapasitas terpasang, maka IPO Pertamina Geothermal Energy juga tidak ada gunanya,” kata Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana kepada media, Jumat (10/2). Dadan mengatakan IPO Pertamina Geothermal Energy juga dapat memberi sinyal positif bagi swasta dan investor untuk berinvestasi di sektor panas bumi nasional.
Baca Juga: Begini Peran Pertamina Geothermal (PGEO) Dalam Mencapai Bauran Energi EBT 23% di 2025 Ini karena PGEO akan menjadi satu-satunya perusahaan panas bumi yang pertama dan terbesar melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). “Wilayah kerja yang dimiliki Pertamina Geothermal Energy itu kelas satu semua dan risikonya juga paling minimal,” terangnya. Sebagai gambaran, pemerintah saat ini berfokus untuk mendahulukan pengembangan energi listrik melalui panas bumi karena sangat menjanjikan sebagai sumber pembangkit listrik
continuous base load dalam sistem ketenagalistrikan dan dapat menjadi andalan pemenuhan permintaan listrik nasional. Dadan menegaskan, pengembangan sektor panas bumi menjadi salah satu strategi unggulan pemerintah untuk mencapai target penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Ini sesuai dengan Nationally Determined Contribution (NDC) dan transisi energi menuju Net-Zero Emissions (NZE) pada 2060. “Panas bumi, sebagai salah satu energi baru dan terbarukan, energinya bersih dan stabil kapasitas pasokannya selama puluhan tahun sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebagai andalan pasokan listrik karena dapat diandalkan,” kata dia. Menurut Dadan, suplai energi panas bumi tergolong andal, berkelanjutan, dan tidak dipengaruhi oleh kondisi cuaca, sehingga menjanjikan untuk dikembangkan sebagai bisnis layanan listrik
continuous base load jangka panjang lebih dari 30 tahun. Dadan menambahkan, pemerintah juga telah melaksanakan sejumlah program untuk mempercepat implementasi panas bumi melalui insentif bea masuk, keringanan pajak saat eksplorasi, mekanisme pembiayaan yang menarik saat eksplorasi hingga program
government drilling untuk menekan risiko dan
cost project. Pengembangan proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) umumnya membutuhkan waktu 7-10 tahun. Namun, pengembangannya dapat dipercepat dengan adanya
government drilling. Guna memenuhi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listri 2021-2030, dimana pada 2030 pemerintah menargetkan kapasitas terpasang panas bumi sebesar 3,35 gigawatt (GW), kata Dadan, pemerintah telah mengeluarkan Perpres No. 112/2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik.
Baca Juga: Pertamina Geothermal Akan Segera IPO, Begini Prospek Bisnis Panas Bumi Dia menyebutkan, benefit terbesar dari Perpres yang baru saja dikeluarkan tersebut ada pada energi panas bumi, khususnya di Pulau Jawa. “Untuk itu, pemerintah berharap banyak dari pelepasan umum saham perdana PT Pertamina Geothermal Energy demi peningkatan kapasitas terpasang energi panas bumi di Tanah Air,” terang Dadan. Berdasarkan proyeksi Kementerian ESDM, hingga 2022 kapasitas terpasang energi panas bumi di Indonesia mencapai 2.347,63 megawatt (MW). Dari total kapasitas terpasang energi panas bumi sebanyak 2.347,63 MW tersebut, PGEO mengelola 13 wilayah kerja panas bumi dengan total kapasitas terpasang sebesar 1.877 MW. Rinciannya, sebanyak 672 MW dikelola langsung dan 1.205 MW melalui operasi bersama (
join operation contract).
Presiden Direktur Pertamina Geothermal Energy Ahmad Yuniarto menargetkan untuk meningkatkan kapasitas terpasang yang dikelola langsung oleh PGEO menjadi 1.540 MW pada 2030. “Itu artinya pada 2030, PGE berpotensi untuk memberikan kontribusi potensi pengurangan emisi karbon sebesar 9 juta ton per tahun dan menargetkan menjadi tiga besar perusahaan produsen panas bumi dunia,” ungkap Yuniarto. Direktur Eksplorasi dan pengembangan Pertamina Geothermal Energy Rachmat Hidayat menambahkan, dengan kapasitas terpasang panas bumi sebesar 1.877 MW, PGEO dapat menyalurkan listrik untuk sekitar 2.085.000 rumah tangga atau setara 88.752 Barrels of oil equivalent per day (BOEPD) bahan bakar fosil. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi