IPO Postal China akan terbesar, dibawah Alibaba



Beijing. Postal Savings Bank of China Co. bersiap menjual saham perdana alias initial public offering (IPO) pasca mengantongi izin dari otoritas bursa Hong Kong. IPO Postal disebut-sebut bernilai hingga US$ 8 miliar.

Seorang sumber Bloomberg, Jumat (26/8) mengatakan, bank yang berasal dari Beijing itu berencana mulai melakukan penawaran awal sekitar bulan September mendatang.

Demi memuluskan aksi korporasi ini, Postal Savings sudah menggaet sejumlah underwriter yang termaktub dalam dokumen pra-listing. Mereka adalah Bank of America Corp., China International Capital Corp., Goldman Sachs Group Inc., JPMorgan Chase & Co. dan Morgan Stanley.


IPO senilai US$ 8 miliar tersebut bakal menjadi yang terbesar kedua setelah pencatatan saham perusahaan milik miliarder Jack Ma, Alibaba Group Holding Ltd. Saat IPO tahun 2014 lalu di bursa New York, raksasa e-commerce asal China tersebut berhasil meraup dana segar hingga US$ 25 miliar.

Dalam dokumen pra-listing, Postal Savings membukukan peningkatan laba bersih pada kuartal pertama 2016 sebesar 11%. Hal ini terjadi pasca perusahaan itu memangkas anggaran provisi kredit bermasalah.

Hingga kini Postal Savings menolak memberikan keterangan soal rencana IPO bernilai jumbo itu. Namun yang perlu diketahui, Postal Savings juga ikut terjun ke bisnis berkarakteristik shadow-banking. Ini dikhawatirkan dapat membuat reputasi bank tersebut dipertanyakan calon investor.

Dalam dokumen rencana penawaran saham perdana Postal Savings tertera adanya investasi interbank bagi sebuah entitas bertujuan khusus atau biasa disebut special purpose vehicle (SPV)  senilai 953 miliar yuan atau setara US$ 144 miliar.

Di dalamnya termasuk juga produk-produk wealth management, rencana investasi trustee, management asset, dana investasi sekuritas.

Berdasarkan data yang dihimpun Bloomberg, hingga tahun ini total nilai penjualan saham perdana di bursa Hong Kong baru sebesar US$ 9,7 miliar. Jumlah ini lebih rendah dari periode yang sama tahun 2015 yang sebanyak US$ 20,1 miliar.   

Editor: Adi Wikanto