IPO, Xiaomi targetkan himpun dana US$ 50 miliar



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Xiaomi Corp, produsen smartphone China yang dulunya merupakan startup paling berharga di dunia, sedang dalam pembicaraan dengan bank investasi mengenai kemungkinan untuk menghelat penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) dan menargetkan valuasi paling sedikit US$ 50 miliar.

Menurut sumber Bloomberg yang mengetahui secara detil masalah ini, perusahaan yang berbasis di Beijing ini sedang mempertimbangkan IPO tahun depan di mana bank-bank menyarankan Hong Kong sebagai tujuan yang paling mungkin. Pihak bank telah membicarakan prospek Xiaomi saat mereka berusaha untuk mendapatkan mandat tersebut. Mereka memiliki kecemasan tentang apakah perusahaan dapat mencapai level US$ 50 miliar, apalagi target US$ 100 miliar yang telah digulirkan oleh beberapa eksekutif puncak. Xiaomi terakhir menghimpun dana pada 2014 dengan valuasi senilai US$ 46 miliar.

Perusahaan ini juga telah mendapatkan momentum dalam beberapa bulan terakhir setelah tersandung oleh beberapa pesaing lokal seperti Huawei Technologies Co. dan Oppo. Perusahaan yang dipimpin oleh Lei Jun ini, telah berinvestasi secara agresif di toko ritel dan di India. Sekarang Xiaomi sudah hampir melampaui Samsung Electronics Co di China, yang notabene merupakan pasar smartphone dengan pertumbuhan tercepat di dunia.


IPO yang sukses dapat membantu Xiaomi menghimpun dana setidaknya US$ 50 miliar. Dana tersebut menjadi amunisi yang sangat dibutuhkan untuk ekspansi ke depannya bagi perusahaan.

"Kami ingin mentransplantasi ide bisnis China ke negara lain. Di India, kami telah menciptakan keajaiban. Setelah tiga tahun, kita sudah menjadi nomor satu," kata Lei pada Konferensi Internet Dunia di Wuzhen, tanpa mengomentari IPO.

Kaylene Hong, juru bicara Xiaomi, juga menegaskan bahwa perusahaan tidak akan mengomentari masalah IPO. Beredar pula informasi bahwa Xiaomi sedang mempertimbangkan IPO pada paruh kedua tahun 2018.

Meski perusahaan mengalami pasang surut, target penghimpunan dana IPO senilai US$ 50 miliar mungkin dapat dicapai, tergantung pada kinerja bisnis dan tren pasar selama beberapa bulan ke depan.

Xiaomi akan menjadi perusahaan teknologi terbesar yang go public sejak Alibaba Group Holding Ltd menaikkan rekor senilai US$ 25 miliar dengan nilai kapitalisasi pasar menjadi US$ 231,4 miliar pada tahun 2014. Menurut data yang dihimpun Bloomberg, Snap Inc adalah yang terbesar berikutnya sejak saat itu dengan nilai valuasi sekitar US$ 20 miliar.

"Ini bukan penilaian yang tidak masuk akal. Tanpa diragukan lagi, pasar sangat panas bagi perusahaan teknologi, terutama perusahaan teknologi yang terkait dengan China," kata Keith Pogson, pemimpin jaminan global untuk pasar perbankan dan pasar modal di Hong Kong di konsultan EY.

Informasi tambahan saja, Xiaomi atau Little Rice didirikan pada tahun 2010 dengan kampanye pemasaran online yang sangat sibuk, serta menghindari toko ritel tradisional. Pada tahun 2014, formula penjualan kilat dan pemanfaatan media sosial yang cerdas membantu perusahaan ini menduduki peringkat teratas China dengan valuasi besar yang membuatnya menjadi yang tertinggi di dunia, sebelum dikalahkan oleh Uber Technologies Inc.

Tapi Xiaomi mengalami hambatan tahun lalu, di mana perusahaan mengalami penurunan pengiriman barang akibat persaingan dengan merek lokal yang sengit. Menurut perusahaan riset IDC, Xiaomi menduduki peringkat kelima dalam pengiriman barang China di kuartal pertama. Oppo dan Vivo menghukum perusahaan tersebut dengan mengembangkan ikatan yang kuat dengan para pengecer di kota-kota kecil dan daerah pedesaan di China.

Lei kemudian menghidupkan kembali napas perusahaan dengan memperluas lini produk, jangkauan geografis dan saluran penjualannya. Xiaomi membuat dorongan besar ke ritel old-fashioned, di mana perusahaan berencana untuk membangun 1.000 toko "Mi Home" pada tahun 2019 - sekitar dua kali jumlah toko global Apple. Xiaomi juga menargetkan penjualan ritel sebesar 70 miliar yuan (US$ 10 miliar) pada tahun 2021.

Aksi korporasi seperti IPO dapat membantu Xiaomi mempertahankan karyawan yang telah terjebak dengan perusahaan melalui masa-masa sulitnya. Pada bulan Januari, Hugo Barra, mantan eksekutif Google yang telah menghabiskan tiga setengah tahun di Xiaomi, kembali ke Silicon Valley untuk pekerjaan di Facebook Inc.

"Karyawan akan senang mendengar perusahaan tersebut akhirnya merencanakan IPO," kata James Yan, seorang analis dengan konsultan Counterpoint seperti yang dilansir dari Bloomberg.

Lei cukup berani bertaruh dengan melakukan ekspansi luar negeri, terutama di India. Dalam sebuah wawancara pada Maret lalu, dia mengatakan, Xiaomi akan melipatgandakan investasinya di India dengan mengucurkan dana senilai US$ 500 juta lagi selama tiga sampai lima tahun ke depan.

Selain itu, Xiaomi juga akan fokus pada pasar negara berkembang termasuk Rusia dan Indonesia. "Kami telah melihat kebangkitan merek China. Dalam sepuluh tahun ke depan,merek China akan terus tumbuh dan menjadi merek internasional - trennya cukup jelas," kata Lei.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie