IQOS Philip Morris Ditentang Para Aktivis di Amerika Serikat



KONTAN.CO.ID - LONDON. Para penggiat kesehatan menulis surat kepada regulator AS. Aktivis menuduh Philip Morris International (PMI) salah mengartikan keputusan regulasi di masa lalu dan berpotensi mengganggu peluncuran perangkat pemanas tembakau andalan IQOS di Amerika Serikat.

Padahal perusahaan tembakau terbesar di dunia berdasarkan nilai pasar ini telah menghabiskan miliaran dolar untuk mengembangkan produknya. Para investor juga menganggap cara ini menjadi kunci untuk mendorong pertumbuhan di masa depan. Namun perusahaan ini memerlukan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) untuk menjualnya di pasar tembakau terbesar kedua di dunia berdasarkan pendapatan.

Ada enam kelompok anti-tembakau dan kesehatan, diantaranya, Campaign for Tobacco-Free Kids, The American Academy of Pediatrics dan The American Lung Association yang menulis surat kepada FDA untuk menentang permohonan produk IQOS yang telah diserahkan PMI kepada badan tersebut.


Baca Juga: IQOS Jadi Mesin Pertumbuhan Baru HM Sampoerna, Saham HMSP Masih Bisa Ngebul

“PMI telah berulang kali membuat pernyataan yang menyesatkan dan menipu yang secara keliru menyatakan bahwa FDA telah menemukan bahwa IQOS mengurangi risiko penyakit,” demikian isi surat tertanggal 27 Juni ditinjau Reuters.

Kelompok kampanye tersebut menuduh PMI melanggar perintah FDA dengan menyatakan bahwa IQOS menawarkan risiko yang lebih rendah dibandingkan rokok. Surat tersebut mengutip empat pernyataan di Amerika Serikat, Filipina, Meksiko, dan Kazakhstan.

Para aktivis menilai, penelitian independen bertentangan dengan temuan PMI tentang berapa banyak pengguna IQOS yang sepenuhnya beralih ke perangkat tersebut dari rokok. Sebab menurut para aktivis, presentasi mengenai studi dari Proyek Pengendalian Tembakau Internasional alias International Tobacco Control Project (ITC) di Universitas Waterloo Kanada menunjukkan tingkat pengguna IQOS yang berhenti merokok di Jepang dan Korea jauh lebih rendah dibandingkan perkiraan PMI.

"Faktor-faktor ini secara langsung mempengaruhi apakah PMI harus diizinkan untuk memasarkan IQOS di Amerika Serikat," pendapat surat para aktivis tersebut.

Juru bicara PMI mengatakan perusahaan ini tengah mendiskusikan kesimpulan FDA tentang IQOS. “Dimana pun kami mendiskusikan ilmu pengetahuan dan produk kami, kami melakukannya sesuai hukum yang berlaku,” kata juru bicara tersebut.

Baca Juga: Dulu Menjadi Primadona, Nasib Deretan Saham-Saham ini Kini Merana

Reuters tidak dapat menentukan apakah surat para aktivis tersebut akan mengubah pendekatan FDA terhadap IQOS. FDA menyatakan telah menerima surat dan akan membalas langsung kepada pengirimnya. Ia tidak berkomentar lebih lanjut.

Perangkat IQOS memanaskan batang tembakau tanpa membakarnya sebagai upaya untuk menghindari bahan kimia berbahaya yang dilepaskan melalui pembakaran. FDA pertama kali mengizinkan PMI menjual IQOS versi lama pada tahun 2019.

FDA kemudian memberi wewenang kepada perusahaan tersebut untuk memasarkannya. FDA menilai, IQOS menawarkan pengurangan paparan bahan kimia berbahaya dibandingkan rokok bagi perokok. FDA juga dapat mengeluarkan perintah modifikasi risiko yang memberi wewenang kepada perusahaan untuk mengklaim produknya mengurangi risiko bahaya dan penyakit terkait tembakau.

Namun hal ini lebih sulit dibuktikan karena perlu studi epidemiologi jangka panjang. FDA telah menolak permohonan PMI yang mengatakan perangkat IQOS lama mengurangi risiko kesehatan. FDA mengatakan tidak ada cukup bukti untuk ini.

PMI mengajukan permohonan pada tahun 2023 untuk memperbarui perintah modifikasi eksposur yang ada. Belakangan pada tahun itu, PMI juga menerapkan penjualan dan pemasaran perangkat IQOS versi terbaru dengan cara yang sama. FDA belum memutuskan permohonan produk ini.

Memasarkan produk yang memiliki manfaat kesehatan dibandingkan dengan rokok tradisional dapat membantu PMI membujuk konsumen beralih. Apalagi secara ekonomi bisa memberikan manfaat pajak dibandingkan rokok di beberapa negara bagian AS.

Baca Juga: Intip Rekomendasi HM Sampoerna (HMSP) yang Cetak Kinerja Moncer di 2023

Para aktivis juga mengutip data awal dari studi ITC di Jepang dan Korea yang mengatakan bahwa hal tersebut bertentangan dengan temuan PMI tentang berapa banyak pengguna IQOS yang sepenuhnya beralih dari rokok.

Jepang adalah pasar IQOS terbesar. Peningkatan penjualan IQOS bertepatan dengan penurunan penjualan rokok. 

PMI memperkirakan lebih dari tujuh dari 10 pelanggan IQOS yang terdaftar di seluruh dunia telah berhenti merokok. PMI pada tahun 2023 ke FDA menekankan bahwa mayoritas pengguna IQOS menggunakan IQOS secara eksklusif.

Namun, peneliti ITC menyebutkan persentase seluruh pengguna IQOS yang berhenti merokok hanya 15% di Jepang dan 30% di Korea pada tahun 2021.

Para pengguna paling sering menggunakan IQOS dan rokok secara bersamaan dikenal sebagai penggunaan ganda. Peneliti ITC menyebut, lebih sering terjadi peningkatan konsumsi tembakau secara keseluruhan.

PMI merujuk pada survei kesehatan pemerintah Jepang pada tahun 2019, dimana 75% responden yang menggunakan tembakau yang dipanaskan mengatakan mereka tidak merokok.

Baca Juga: HM Sampoerna (HMSP) akan Tebar Dividen Rp 8,06 Triliun, Setara Rp 69,3 per Saham

Namun, sebuah makalah yang diterbitkan tahun ini, para peneliti Universitas Georgetown, menyoroti kelemahan dalam survei pemerintah, termasuk perubahan format pertanyaan yang dapat menyebabkan rendahnya pelaporan mengenai kebiasaan merokok.

Survei lain menemukan ada penggunaan ganda yang lebih tinggi dibandingkan survei yang dilakukan pemerintah.

Editor: Avanty Nurdiana