JAKARTA. Setelah sempat terkatung-katung, akhirnya, rencana pembangunan pabrik pupuk urea hasil patungan PT Pupuk Sriwijaya (PUSRI) dan Iran National Petrochemical Company of Iran (NPCI) akan segera terwujud. Kini, kedua perusahaan milik negara ini tengah menyelesaikan skema pendanaan (financial close) pabrik senilai US$ 700 juta ini. Rencananya, pemancangan pondasi pabrik akan dilakukan Januari 2010.Nantinya, Pabrik yang berlokasi di Pars Special Economic Energy Zone (PARSEEZ), Port of Assaluyeh, Iran, ini akan memiliki kapasitas produksi urea sebesar 3.500 ton per hari dan amoniak sebanyak 2.100 ton per hari. “Proyek ini tidak batal dan pasti akan dibangun. Tinggal menunggu financial close," kata Direktur Utama PUSRI Dadang Heru Kodri, Rabu (3/6).Dadang menjelaskan, tiga bank sudah berkomitmen memberikan pinjaman hingga US$ 450 juta untuk membiayai pembangunan pabrik ini. Perinciannya, Islamic Development Bank (IDB) akan mengucurkan US$ 100 juta, Sercobe US$ 200 juta, serta Karafin Bank dan bank-bank lokal Iran lain akan mengucurkan utang US$ 150 juta. Untuk menutup sisa kebutuhan investasi senilai US$ 250 juta, PUSRI akan memakai dana internal serta sumber lain. "Kepastian sumber pendanaan ini yang mempercepat pembangunan pabrik," ungkap Dadang.Selain dana, pabrik pupuk ini juga sudah mendapatkan kepastian pasokan gas dari Iran. Bahkan, kata Dadang, mereka telah menetapkan harga gas sebesar US$ 1 per British Thermal Unit (BTU) untuk 20 tahun.Nantinya, separuh hasil produksi pupuk ini akan dikirim ke Indonesia dan sisanya untuk mencukupi pasar Iran.Sekedar mengingatkan, sejatinya PUSRI dan NPCI telah menandatangani nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) pembangunan pabrik pupuk tersebut sejak bulan April 2007. Mereka juga telah mendirikan perusahaan patungan bernama Hengam Petrochemical Company. Tapi, proyek ini sempat macet.Bagi pemerintah, pembangunan pabrik ini akan memastikan pasokan pupuk urea di dalam negeri untuk beberapa tahun ke depan. "Proses konstruksi tidak akan memakan waktu lama dan teknologi yang digunakan juga tidak ada masalah,” kata Dadang.Benny Wahyudi, Direktur Jenderal Industri Agro dan Kimia Departemen Perindustrian (Depperin) melihat, beberapa tahun mendatang, kebutuhan pupuk akan naik seiring kenaikan permintaan pangan.Sebab itu, selain berharap pada pabrik di Iran ini, di tanah air, Pemerintah juga akan berupaya menyelesaikan permasalahan yang menghambat pasokan pupuk. Misalnya masalah gas untuk pabrik pupuk. "Kita akan revitalisasi pabrik pupuk agar lebih efisien,” ujarnya.Depperin menargetkan, produksi urea tahun ini mencapai 6,5 juta ton, adapun pupuk jenis lain, seperti superphos, ZA, NPK, dan organik, mencapai sekitar 237.000 ton. Sementara, di 2010, kebutuhan urea akan meningkat menjadi 10,8 juta dan pupuk lain menjadi 26,6 juta ton.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Iran dan PUSRI Bangun Pabrik Pupuk Urea 2010
JAKARTA. Setelah sempat terkatung-katung, akhirnya, rencana pembangunan pabrik pupuk urea hasil patungan PT Pupuk Sriwijaya (PUSRI) dan Iran National Petrochemical Company of Iran (NPCI) akan segera terwujud. Kini, kedua perusahaan milik negara ini tengah menyelesaikan skema pendanaan (financial close) pabrik senilai US$ 700 juta ini. Rencananya, pemancangan pondasi pabrik akan dilakukan Januari 2010.Nantinya, Pabrik yang berlokasi di Pars Special Economic Energy Zone (PARSEEZ), Port of Assaluyeh, Iran, ini akan memiliki kapasitas produksi urea sebesar 3.500 ton per hari dan amoniak sebanyak 2.100 ton per hari. “Proyek ini tidak batal dan pasti akan dibangun. Tinggal menunggu financial close," kata Direktur Utama PUSRI Dadang Heru Kodri, Rabu (3/6).Dadang menjelaskan, tiga bank sudah berkomitmen memberikan pinjaman hingga US$ 450 juta untuk membiayai pembangunan pabrik ini. Perinciannya, Islamic Development Bank (IDB) akan mengucurkan US$ 100 juta, Sercobe US$ 200 juta, serta Karafin Bank dan bank-bank lokal Iran lain akan mengucurkan utang US$ 150 juta. Untuk menutup sisa kebutuhan investasi senilai US$ 250 juta, PUSRI akan memakai dana internal serta sumber lain. "Kepastian sumber pendanaan ini yang mempercepat pembangunan pabrik," ungkap Dadang.Selain dana, pabrik pupuk ini juga sudah mendapatkan kepastian pasokan gas dari Iran. Bahkan, kata Dadang, mereka telah menetapkan harga gas sebesar US$ 1 per British Thermal Unit (BTU) untuk 20 tahun.Nantinya, separuh hasil produksi pupuk ini akan dikirim ke Indonesia dan sisanya untuk mencukupi pasar Iran.Sekedar mengingatkan, sejatinya PUSRI dan NPCI telah menandatangani nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) pembangunan pabrik pupuk tersebut sejak bulan April 2007. Mereka juga telah mendirikan perusahaan patungan bernama Hengam Petrochemical Company. Tapi, proyek ini sempat macet.Bagi pemerintah, pembangunan pabrik ini akan memastikan pasokan pupuk urea di dalam negeri untuk beberapa tahun ke depan. "Proses konstruksi tidak akan memakan waktu lama dan teknologi yang digunakan juga tidak ada masalah,” kata Dadang.Benny Wahyudi, Direktur Jenderal Industri Agro dan Kimia Departemen Perindustrian (Depperin) melihat, beberapa tahun mendatang, kebutuhan pupuk akan naik seiring kenaikan permintaan pangan.Sebab itu, selain berharap pada pabrik di Iran ini, di tanah air, Pemerintah juga akan berupaya menyelesaikan permasalahan yang menghambat pasokan pupuk. Misalnya masalah gas untuk pabrik pupuk. "Kita akan revitalisasi pabrik pupuk agar lebih efisien,” ujarnya.Depperin menargetkan, produksi urea tahun ini mencapai 6,5 juta ton, adapun pupuk jenis lain, seperti superphos, ZA, NPK, dan organik, mencapai sekitar 237.000 ton. Sementara, di 2010, kebutuhan urea akan meningkat menjadi 10,8 juta dan pupuk lain menjadi 26,6 juta ton.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News