Iran hambat putusan OPEC meningkatkan produksi minyak



KONTAN.CO.ID - WINA. Pertemuan negara-negara anggota OPEC diwarnai perbedaan pendapat terkait produksi minyak mentah. Arab Saudi mantap mendukung penambahan produksi untuk mencegah kekurangan suplai, sedangkan Iran ingin tetap bertahan pada kesepakatan saat ini mengingat prospek ekspornya yang rendah pasca diganjar sanksi oleh Amerika Serikat (AS).

Dilansir Reuters, Menteri Energi Arab Saudi dan Rusia, Kamis (21/6) waktu setempat, menyatakan bahwa peningkatan produksi minyak sekitar 1 juta barel per hari atau sekitar 1% dari pasokan global telah menjadi proposal konsensus bagi OPEC. Namun, di sisi lain, persetujuan Iran juga krusial.

Iran, produsen terbesar ketiga OPEC, sejauh ini menjadi penghalang utama bagi terbentuknya kesepakatan baru organisasi produsen minyak dunia ini. OPEC tidak mungkin mencapai kesepakatan dan harus menolak tekanan dari Presiden AS Donald Trump untuk memompa lebih banyak minyak.


Seperti yang diketahui, Trump memberlakukan sanksi baru terhadap Teheran sejak Mei. Pengamat pasar pun memperkirakan output minyak Iran akan turun hingga sepertiga pada akhir 2018. Itu berarti, tak seperti Arab Saudi, Iran bakal memperoleh jauh lebih sedikit keuntungan jika kesepakatan OPEC meningkatkan produksi dicapai.

"Saya pikir kita tidak bisa mencapai kesepakatan," ujar Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh, setelah meninggalkan komite gabungan OPEC dan non-OPEC di Wina, seperti dikutip Reuters, Jumat (22/6).

Zanganeh menambahkan, kesepakatan peningkatan produksi hanya akan membuka jalan menuju embargo minyak Iran. Untuk itu, Iran berharap OPEC akan terus melanjutkan kebijakan pemangkasan produksi 1,8 juta barel per harinya.

Sementara, pertemuan komite OPEC terus berlanjut hingga hari ini. Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih, mengatakan, sejauh ini mayoritas peserta komite merekomendasikan peningkatan produksi sebesar 1 juta barel per hari, secara bertahap dan pro rata.

Falih mengatakan, dunia bisa menghadapi defisit pasokan minyak hingga 1,8 juta barel per hari pada paruh kedua 2018 dan OPEC bertanggung jawab untuk mengatasi kekhawatiran konsumen.

"Kami ingin mencegah kekurangan suplai dan tekanan yang pernah terjadi pada 2007-2008," kata Falih, mengacu pada waktu ketika harga minyak rally mendekati US$ 150 per barel. Dia juga mengatakan bahwa ledakan produksi minyak AS akan melambat karena kekurangan pipa dalam dua tahun ke depan.

Falih menambahkan, tata cara pasti dari rencana peningkatan produksi nantinya akan diputuskan di antara semua anggota OPEC pada pertemuan hari ini. Namun, sumber OPEC mengatakan, jika kenaikan output 1 juta barel per hari disetujui, Arab Saudi akan menambah produksi sekitar 250.000 barel per hari hingga 300.000 barel per hari.

Editor: Wahyu T.Rahmawati