KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Buntut serangan Iran terhadap Israel dikhawatirkan akan mengerek harga minyak global termasuk harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP). Kementerian ESDM memperkirakan memanasnya konflik kedua negara tersebut berpotensi menyebabkan harga ICP melonjak jadi US$ 100 per barel, naik dari asumsi ekonomi makro dalam APBN 2024, yakni ICP dipatok sebesar US$ 82 per barel. Artinya harga ICP bisa naik US$ 18 per barel. Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Migas) Kementerian ESDM Tutuka menyampaikan, jika harga ICP meningkat dari yang diasumsikan, maka akan berdampak pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Adapun berdasarkan analisis sensitivitas asumsi dasar ekonomi makro 2024, setiap harga ICP meningkat US$ 1 per barel, maka akan menambah pendapatan negara yang berasal dari pajak (Rp 1,5 triliun) dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) (Rp 1,8 triliun) atau total kenaikan pendapatan Rp 3,3 triliun. Meski begitu, dengan asumsi yang sama belanja negara pun akan melonjak tajam sebesar Rp 9,2 triliun. Serta defisit akan bertambah Rp 5,8 triliun. Alhasil, jika ICP meningkat US$ 18 per barel, maka pendapatan negara akan bertambah Rp 59,4 triliun, dan belanja negara akan bertambah jauh lebih besar Rp 165,6 triliun. Sementara itu, defisit APBN 2024 juga akan bertambah menjadi Rp 104,4 triliun. “Setiap kenaikan ICP US$ 1 per barel akan berdampak pada kenaikan PNBP sekitar Rp 1,8 triliun, tapi kenaikan subsidi juga sama sekitar Rp 1,8 triliun, dan kompensasi Rp 5,3 triliun. Jadi sangat besar kompensasinya,” ujar Tutuka dalam agenda Ngobrol Seru Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi RI, Senin (15/4).
Baca Juga: Harga Minyak Jatuh Pasca Serangan Iran Terhadap Israel, Ini Penyebabnya Lebih lanjut, Ia juga menghitung, jika ICP naik menjadi US$ 100 per barel dengan kurs yang Rp 15.900 per dolar AS, maka subsidi dan kompensasi BBM akan naik menjadi Rp 249,86 triliun, meningkat dari asumsi dalam APBN 2024 yang sebesar Rp 160,91 triliun. Kemudian, subsidi LPG 3 kg juga akan naik menjadi Rp 106,28 triliun dari asumsi dalam APBN 2024 yang sebesar Rp 83,27 triliun. Artinya, pemerintah perlu menambah anggaran subsidi dan kompensasi BBM dan LPG 3 kg sekitar Rp 111,96 triliun. Lebih lanjut, Tutuka juga menganalisa, ada kemungkinan harga ICP naik menjadi US$ 110 per barel dengan perkiraan kurs Rp 15.900 per dollar AS, maka subsidi dan kompensasi BBM akan naik menjadi Rp 287,24 triliun, dari asumsi APBN 2024 Rp 160,91 triliun. Sementara itu, subsidi LPG 3 kg akan naik menjadi Rp 116,97 triliun dari asumsi APBN Rp 2024 sebesar Rp 83,27 triliun. “Jadi dua itu yang paling besar kenaikannya. Dari sini kita melihat kenaikan PNBP tapi untuk subsidi dan kompensasi akan paling besar kenaikannya,” imbuhnya.
Baca Juga: Badan Keamanan Udara Uni Eropa Beri Peringatan Terbang di Wilayah Israel dan Iran Senada, Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro juga sepakat, memanasnya konflik kedua negara tersebut berpeluang mengerek harga ICP menjadi US$ 100 per barel.
Meski begitu, Komaidi menyebut konflik Iran vs Israel memang sulit diprediksi, Karena akan sangat dipengaruhi oleh ekspektasi para pelaku pasar. Ia juga memperkirakan subsidi energi akan membengkak akibat kenaikan harga minyak ini, kecuali pemerintah membuka opsi untuk menaikan harga BBM. “Namun jika melihat kemampuan daya beli masyarakat dan potensi risiko yang dapat ditimbulkan pilihan menaikkan harga BBM kemungkinan akan menjadi opsi terakhir,” ungkapnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat