Iran menolak pencabutan sanksi secara bertahap terkait pelanggaran nuklir



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Iran ingin Amerika Serikat mencabut semua sanksi terhadap negaranya dan menolak pelonggaran langkah demi langkah (step-by-step) apa pun dari pembatasan. Press TV melaporkan pada hari Sabtu.

Kedua negara mengatakan pada hari Jumat bahwa mereka akan mengadakan pembicaraan tidak langsung di Wina mulai minggu depan sebagai bagian dari negosiasi yang lebih luas untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 antara Teheran dan kekuatan global. 

Departemen Luar Negeri AS mengatakan fokusnya adalah pada "langkah-langkah nuklir yang perlu diambil Iran untuk kembali ke kepatuhan" dengan perjanjian itu.


Baca Juga: Pejabat AS dan Iran akan ke Wina untuk pembicaraan kesepakatan nuklir

Juru bicara kementerian luar negeri Iran Saeed Khatibzadeh mengatakan pada hari Sabtu bahwa Teheran menentang pelonggaran sanksi secara bertahap. "Tidak ada rencana langkah demi langkah yang sedang dipertimbangkan," kata Khatibzadeh kepada Press TV. 

“Kebijakan definitif Republik Islam Iran adalah mencabut semua sanksi AS,” tambahnya.

Tujuan pembicaraan di ibu kota Austria itu adalah untuk mencapai kesepakatan dalam dua bulan, menurut seorang pejabat senior Uni Eropa, koordinator kesepakatan itu.

Mantan Presiden AS Donald Trump menarik diri dari pakta nuklir pada 2018 dan menerapkan kembali sanksi terhadap Iran, yang mendorong Teheran untuk melanggar beberapa pembatasan nuklir perjanjian tersebut.

Pengganti Trump Joe Biden ingin menghidupkan kembali perjanjian tersebut, tetapi Washington dan Teheran berselisih tentang siapa yang harus mengambil langkah pertama.

Iran, China, Rusia, Prancis, Jerman dan Inggris mengadakan pembicaraan virtual pada hari Jumat untuk membahas kemungkinan kembalinya Amerika Serikat ke kesepakatan tersebut.

Selanjutnya: AS, Jepang, dan Korea Selatan setuju untuk terus menekan Korea Utara

Editor: Handoyo .