KONTAN.CO.ID - TEHERAN. Iran meningkatkan ketegangan yang terjadi di Timur Tengah dengan melakukan serangan ke Israel pada Rabu (2/10/2024) dini hari. Ratusan rudal yang Iran kirim ke Tel Aviv dan Yerusalem itu diklaim sebagai aksi balasan atas serangan Israel terhadap pemimpin Hamas, Hizbullah dan Petingggi Garda Revolusi Iran. Sebelumnya, mengutip
Reuters, Wakil Presiden Iran untuk Urusan Strategis Mohammad Javad Zarif mengatakan, dengan terbuka akan menanggapi aksi tersebut pada waktu yang tepat.
Iran juga mempertegas posisi Iran untuk mendukung poros perlawanan terhadap Israel, baik itu Hamas di Palestina, Hizbullah di Libanon, Houthi di Yaman, hingga beberapa kelompok bersenjata di Irak dan Suriah.
Baca Juga: Iran Tembak 200 Rudal ke Israel dalam Serangan Besar, Janji Bakal Kirim Lebih Banyak Ratusan rudal termasuk di antaranya rudal hipersonik Fattah 1 dan 2 memborbardir Tel Aviv dan Yerusalem membuat sirene meraung-raung dan suar terlihat diatas langit di dua kota itu. Serangan itu sukses menargetkan Pangkalan Militer Hod Hasharon dan Pangkalan Udara Nevatim, setelah pertahanan udara Iron Dome tak berhasil mencegah rudal-rudal milik Iran. Serangan ini membuat ribuan masyarakat harus meninggalkan rumah dan berlindung di bunker-bunker bawah tanah.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah WTI Naik Lebih dari US$1 Setelah Iran Serang Israel Juru Bicara Milter Israel Daniel Hagari, dikutip dari
Reuters, mengaku belum mengetahui secara pasti berapa korban jiwa yang diakibatkan serangan Iran. Ia menyebut rudal dikirim ke jantung ibukota dan wilayah selatan negara itu. "Serangan ini memiliki konsekuensi, kami memiliki rencana dan kami akan mengoperasikan rencana itu di tempat dan waktu yang tepat," ungkapnya. Suksesnya serangan Iran ini juga menjadi perseden buruk bagi intelijen Israel serta Iron Dome yang selama ini terkenal memiliki kinerja yang baik. Namun, ketegangan ini juga meningkatkan kekhawatiran masyarakat global akan konflik yang lebih luas. Dunia masih menunggu apakah serangan ini memiliki konsekuensi pada perang regional atau bahkan perang dunia ketiga, namun yang jelas tampaknya kedua belah pihak belum akan menurunkan tensi ketegangan dalam waktu dekat.
Editor: Andy Dwijayanto