Iran turun tangan, harga minyak terkerek



JAKARTA. Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) naik untuk hari ketiga karena Iran berusaha mencegah penurunan harga lebih lanjut. Kondisi ini memperkuat spekulasi bahwa produsen terbesar minyak OPEC akan mengambil langkah-langkah untuk mendukung pasar.

Kontrak berjangka WTI pengiriman November 2014 di New York Mercantile Exchange pada Senin (20/10) pukul 15.30 naik 0,9% menjadi US$ 83,48 per barel. Volume semua kontrak berjangka yang diperdagangkan adalah sekitar 3% di atas rata-rata 100-hari. Harga minyak telah tergerus 16% sepanjang tahun ini.

Presiden Iran Hassan Rouhani menginstruksikan penggunaan diplomasi untuk menghentikan penurunan minyak. Menurut internal memo yang ditandatangani oleh Khafji Joint Operations dan diperoleh Bloomberg News, Arab Saudi dan Kuwait mulai memangkas produksi minyak dari sebuah ladang minyak pada 16 Oktober.


“Ada risiko terhadap harga minyak. Namun belum banyak sentimen untuk mengubah prospek fundamental minyak. Downtrend tetap terjaga dan setiap rebound yang terjadi adalah reli korektif,” ujar Ric Spooner, Kepala strategi CMC Markets di Sydney.

Faisyal, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures mengatakan, naiknya (rebound) harga minyak dipicu oleh Iran yang berusaha memulihkan harga minyak global. Menurutnya, kenaikan harga minyak ini bersifat sementara. Sebab, Arab Saudi, negara anggota OPEC yang merupakan produsen minyak terbesar di dunia masih menganggap harga minyak di level US$ 80 per barel merupakan harga yang wajar. Di sisi lain, melimpahnya suplai minyak global masih menyumbang tekanan terhadap minyak.

“Pelaku pasar menanti pertemuan OPEC pada bulan depan dan ingin mengetahui apakah OPEC akan mengurangi produksinya pada tahun depan. Jika itu yang terjadi maka harga minyak kembali melambung,” ujar Faisyal.

Faisyal memprediksi harga minyak sepekan akan bergerak di kisaran US$ 79-US$ 85 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie