JAKARTA. PT Indosat Tbk (ISAT) bakal menarik instrumen utang bank guna menutup kebutuhan bisnisnya tahun depan. Nilainya cukup besar, total mencapai US$ 850 miliar atau sekitar Rp 10,2 triliun. Sebelumnya ISAT dikabarkan telah mengajukan Request for Proposal (RFP) dari sejumlah perbankan. Rencananya, pinjaman ini bakal digunakan untuk kebutuhan modal kerja (revolving loan). Pada saat bersamaan, manajemen juga mengajukan fasilitas kredit ekspor (export credit agreement/ECA) untuk pinjaman ini. Sayangnya, dia masih enggan merinci lebih lanjut soal instrumen pinjaman ini. Namun, mengutip media bisnis asal London, Global Capital belum lama ini, kebutuhan senilai US$ 850 juta itu dibagi ke dalam dua pos keuangan. Manajemen berharap memperoleh sebesar US$ 450 juta untuk revolving facility dan US$ 400 juta untuk pembiayaan kredit ekspor. "Para kreditur memiliki tenggat waktu persetujuan proposal pinjaman ini paling lambat tanggal 18 Juli nanti," tandas sumber Global Capital yang merupakan salah bankir asal Singapura yang juga merupakan salah satu dari beberapa perbankan yang menerima proposal ISAT. Untuk fasilitas revolving senilai US$ 450 juta memiliki tenor tiga tahun. Sementara, tenor untuk kredit ekspor belum ditentukan. Sumber yang enggan disebutkan namanya tersebut juga menambahkan, saat ini semua pihak tengah mengkaji proposal pinjaman ISAT. Hasilnya seperti apa, itu tergantung komitmen yang berani diberikan oleh masing-masing kreditur. "Masih terlalu dini, dan kami pikir akan butuh beberapa minggu ke depan untuk mengetahui perinciannya lebih lanjut, termasuk soal berapa bank yang diundang untuk menjadi kreditur, dan skema apa yang akan digunakan, apakah pinjaman sindikasi atau skema lain," tutur sumber tersebut.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
ISAT telah ajukan proposal pinjaman US$ 850 juta
JAKARTA. PT Indosat Tbk (ISAT) bakal menarik instrumen utang bank guna menutup kebutuhan bisnisnya tahun depan. Nilainya cukup besar, total mencapai US$ 850 miliar atau sekitar Rp 10,2 triliun. Sebelumnya ISAT dikabarkan telah mengajukan Request for Proposal (RFP) dari sejumlah perbankan. Rencananya, pinjaman ini bakal digunakan untuk kebutuhan modal kerja (revolving loan). Pada saat bersamaan, manajemen juga mengajukan fasilitas kredit ekspor (export credit agreement/ECA) untuk pinjaman ini. Sayangnya, dia masih enggan merinci lebih lanjut soal instrumen pinjaman ini. Namun, mengutip media bisnis asal London, Global Capital belum lama ini, kebutuhan senilai US$ 850 juta itu dibagi ke dalam dua pos keuangan. Manajemen berharap memperoleh sebesar US$ 450 juta untuk revolving facility dan US$ 400 juta untuk pembiayaan kredit ekspor. "Para kreditur memiliki tenggat waktu persetujuan proposal pinjaman ini paling lambat tanggal 18 Juli nanti," tandas sumber Global Capital yang merupakan salah bankir asal Singapura yang juga merupakan salah satu dari beberapa perbankan yang menerima proposal ISAT. Untuk fasilitas revolving senilai US$ 450 juta memiliki tenor tiga tahun. Sementara, tenor untuk kredit ekspor belum ditentukan. Sumber yang enggan disebutkan namanya tersebut juga menambahkan, saat ini semua pihak tengah mengkaji proposal pinjaman ISAT. Hasilnya seperti apa, itu tergantung komitmen yang berani diberikan oleh masing-masing kreditur. "Masih terlalu dini, dan kami pikir akan butuh beberapa minggu ke depan untuk mengetahui perinciannya lebih lanjut, termasuk soal berapa bank yang diundang untuk menjadi kreditur, dan skema apa yang akan digunakan, apakah pinjaman sindikasi atau skema lain," tutur sumber tersebut.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News