JAKARTA. PT Indosat Tbk (ISAT) belum menunjukkan kinerja positif hingga akhir 2014. Dari sisi pendapatan, manajemen ISAT memperkirakan masih tumbuh tipis. Tetapi, ISAT masih akan merugi bersih di akhir tahun lalu. Namun tahun ini ISAT berharap mengantongi laba bersih. "Tahun ini sudah tidak ada perkara IM2 dan nilai tukar rupiah diharapkan stabil," ujar Investor Relation ISAT, Andromeda Tristanso usai Rapat umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Rabu (28/1). Pasalnya, tahun lalu ISAT terus tertekan dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Maklum, emiten halo-halo ini memiliki utang dolar US$ 850 juta atau sekitar 50% dari total utang ISAT. Kemudian, ISAT juga mesti menanggung denda Rp 1,3 triliun atas perkara yang menimpa anak usahanya, PT Indosat Mega Media (IM2). Mulai tahun ini, ISAT berencana memakai hak call option untuk melunasi lebih awal obligasi US$ 650 juta yang jatuh tempo tahun 2020. Untuk pembayarannya, ISAT akan menyiapkan dana dari internal dan fasilitas pinjaman baru. Kini, ISAT tengah menyiapkan penerbitan obligasi dalam Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) tahap II. Rencananya penerbitan obligasi dilakukan akhir kuartal I-2015 atau awal kuartal II-2015. "Dananya untuk refinancing dan belanja modal," lanjut Andromeda. ISAT juga akan melunasi sejumlah pinjaman yang jatuh tempo tahun ini. Pertama, pinjaman Rp 1,5 triliun dari PT Bank Central Asia (BBCA) yang akan jatuh tempo 10 Februari 2015. Kedua, fasilitas pinjaman revolving berjangka Rp 700 miliar dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) yang jatuh tempo 16 Juni. Ketiga, pinjaman Rp 650 miliar dari Bank Sumitomo Mitsui Indonesia yang jatuh tempo 31 Desember. Dan keempat, obligasi Indosat keenam tahun 2008 seri B senilai Rp 320 miliar yang akan jatuh tempo 9 April 2015. Sampai kuartal III tahun lalu, ISAT menanggung rugi Rp 1,32 triliun. Kerugian ini turun dari Rp 1,76 triliun di periode yang sama sebelumnya. Salah satu pendorong turunnya kerugian ISAT adalah rugi selisih kurs yang menurun tajam dari Rp 2,31 triliun menjadi Rp 146,7 miliar. Sementara pendapatan ISAT tergerus 3,02% dari Rp 17,79 triliun menjadi Rp 17,71 triliun. ISAT menargetkan gross debt to EBITDA di level 2 kali. Sedangkan per September 2014, gross debt to EBITDA perseroan berada di level 2,5 kali.
ISAT yakin bisa meraup untung tahun ini
JAKARTA. PT Indosat Tbk (ISAT) belum menunjukkan kinerja positif hingga akhir 2014. Dari sisi pendapatan, manajemen ISAT memperkirakan masih tumbuh tipis. Tetapi, ISAT masih akan merugi bersih di akhir tahun lalu. Namun tahun ini ISAT berharap mengantongi laba bersih. "Tahun ini sudah tidak ada perkara IM2 dan nilai tukar rupiah diharapkan stabil," ujar Investor Relation ISAT, Andromeda Tristanso usai Rapat umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Rabu (28/1). Pasalnya, tahun lalu ISAT terus tertekan dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Maklum, emiten halo-halo ini memiliki utang dolar US$ 850 juta atau sekitar 50% dari total utang ISAT. Kemudian, ISAT juga mesti menanggung denda Rp 1,3 triliun atas perkara yang menimpa anak usahanya, PT Indosat Mega Media (IM2). Mulai tahun ini, ISAT berencana memakai hak call option untuk melunasi lebih awal obligasi US$ 650 juta yang jatuh tempo tahun 2020. Untuk pembayarannya, ISAT akan menyiapkan dana dari internal dan fasilitas pinjaman baru. Kini, ISAT tengah menyiapkan penerbitan obligasi dalam Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) tahap II. Rencananya penerbitan obligasi dilakukan akhir kuartal I-2015 atau awal kuartal II-2015. "Dananya untuk refinancing dan belanja modal," lanjut Andromeda. ISAT juga akan melunasi sejumlah pinjaman yang jatuh tempo tahun ini. Pertama, pinjaman Rp 1,5 triliun dari PT Bank Central Asia (BBCA) yang akan jatuh tempo 10 Februari 2015. Kedua, fasilitas pinjaman revolving berjangka Rp 700 miliar dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) yang jatuh tempo 16 Juni. Ketiga, pinjaman Rp 650 miliar dari Bank Sumitomo Mitsui Indonesia yang jatuh tempo 31 Desember. Dan keempat, obligasi Indosat keenam tahun 2008 seri B senilai Rp 320 miliar yang akan jatuh tempo 9 April 2015. Sampai kuartal III tahun lalu, ISAT menanggung rugi Rp 1,32 triliun. Kerugian ini turun dari Rp 1,76 triliun di periode yang sama sebelumnya. Salah satu pendorong turunnya kerugian ISAT adalah rugi selisih kurs yang menurun tajam dari Rp 2,31 triliun menjadi Rp 146,7 miliar. Sementara pendapatan ISAT tergerus 3,02% dari Rp 17,79 triliun menjadi Rp 17,71 triliun. ISAT menargetkan gross debt to EBITDA di level 2 kali. Sedangkan per September 2014, gross debt to EBITDA perseroan berada di level 2,5 kali.