Island Concepts (ICON) andalkan bisnis katering tahun depan



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Island Concepts Indonesia Tbk (ICON) akan lebih menggenjot bisnis katering tahun depan melalui anak usahanya PT Patra Supplies and Services (PSS). Maklum, bisnis tersebut membutuhkan modal lebih kecil dibandingkan pengembangan bisnis properti. Lagipula, perusahaan ini melihat bisnis properti masih lesu di wilayah Bali sehingga masih berat bagi ICON untuk menggenjot penjualan dari sektor ini. Ini terlihat dari beratnya penjualan villa yang dikembangkan lewat PT Bhumi Lestari Makmur (BLM) sepanjang tahun ini. Triyono, Direktur Independen ICON mengatakan, dengan capital yang lebih kecil maka mengembangkan bisnis katering tidak akan membebankan keuangan perusahaan. "Sebetulnya margin dari catering ini kecil dan penagihannya juga baru bisa dilakukan setelah empat bulan, tetapi karena capitalnya kecil kami lebih prefer disini. Apalagi ini kaitannya langsung sama SKK migas," jelasnya di Jakarta, Jumat (14/12). Tahun depan, PSS akan mendapatkan dua kontrak baru di bisnis catering sehingga jumlah kontrak yang dilayani diperkirakan akan ada 18 yang tersebar di 19 lokasi. Hanya saja, ada dua kontrak lama yang mereka tangani tahun depan sehingga pendapatan dari bisnis ini diprediksi untuk sementara akan mengalami penurunan dari tahun ini. ICON menargetkan akan mengantongi pendapatan Rp 129 miliar tahun depan dari bisnis catering, turun dari perkiraan pendapatan Rp 140 miliar di tahun 2018 ini. "Kami tidak tahu apakah kontrak yang akan berakhir tahun depan masih akan diperpanjang atau tidak. Sehingga dengan potensi yang ada saat ini untuk sementara kami perkirakan pendapatan catering Rp 129 miliar dulu." kata Triyono. Di sektor properti, Island Concepts masih fokus memasarkan proyek residensial villa lewat BLM yang akan dikembangkan di lahan seluas 3,5 hektare (ha) di Jimbaran, Bali.Disana rencananya akan dibangun 138 unit villa dan 32 unit komersial dan hingga saat ini villa yang terjual baru 90 unit. Villa yang dipasarkan ICON ditawarkan dengan ukuran mulai 108 meter persegi (m2) dengan harga sekitar Rp 3 miliar- Rp5 miliar. Pengembangan proyek villa ini diperkirakan akan menelan investasi Rp 35 miliar dengan target pendapatan sebessra Rp 255 miliar. Pembangunan proyek yang ditargetkan memberikan margin keuntungan 20% ini akan dimulai pada Desember 2019. ICON juga akan melakukan kerjasama dengan satu operator dan sekaligus investor untuk mengembangkan beach club. Proyek ini diperkirakan akan menelan investasi Rp 40 miliar.

Dodi P. Amtar, Direktur Utama ICON mengatakan, seluruh biaya investasi dan operasional proyek ini akan dibiayai oleh investor tersebut dan perusahaan hanya akan mendapatkan hasil keuntungan sebesar 30%. " Pembangunannya ini akan mulai Juni 2020," ujarnya. Perusahaan ini masih akan fokus menggarap dua proyek itu dan belum memiliki rencana ekspansi proyek baru. Oleh karena itu, kebutuhan belanja modal atau capex ICON tahun depan tidak terlalu besar.

"Stratgei kami dalam mendanai ekspansi lebih memilih bekerjasama secara langsung dengan investor. Kami ingin capex dari internal kas sekecil mungkin untuk meminimalisi resiko." tambah Dodi. Di samping dua proyek itu, ICON saat ini tercatat memiliki satu proyek condotel 132 unit. Proyek itu sudah beroperasi sejak Agustus 2017 lalu yang dioprasikan oleh Royal Tulips. Hingga saat ini, condotel ini baru terjual 32 unit. ICON sudah merencanakan menjual satu tower condotel itu kepada satu investor sekaligus. Sebanyak 100 unit sisanya ditawarkan sekitar Rp 220 miliar, tetapi belum terlaksana karena penawaran yang masuk masih dibawah target perusahaan. Dengan kondisi pasar properti yang masih lesu dan ditambah dengan adanya bisnis catering yang akan habis masa kontrak membuat ICON hanaya menargetkan pendapatan Rp 187 miliar tahun 2019.


Ini akan turun 13% dari perkiraan pendapatan tahun ini sebesar Rp 215 miliar. Sementara laba komprehensif ditargetkan hanya Rp 5,6 miliar, turun tajam dari perkiraan Rp 18,5 miliar tahun 2018. "Target laba tahun depan turun signifikan karena tender proyek di catering butuh biaya mobilisasi dan biaya investasi. Awal-awal tahun depan banyak biaya yang akan dicadangkan, sedangkan invoice baru bisa ditagih empat bulan setelah kontrak berjalan. Tahun depan tidak mau terlalu berjanji ke publik, kalaupun kami dapat lebih baik lebih baik merevisi naik target di pertengahan tahun," jelas Triyono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini