KONTAN.CO.ID - Ditunjuknya Naim Qassem sebagai pemimpin baru Hizbullah disambut dengan ancaman oleh Israel. Menteri Pertahanan Yoav Gallant menyebut kepemimpinan Qassem tidak akan berumur panjang. Tentara Israel membunuh pemimpin Hizbullah sebelumnya, Hassan Nasrallah, dalam sebuah serangan udara bulan September lalu. Baru-baru ini Hizbullah resmi menunjuk Qassem sebagai pemimpin, sesuai dengan dengan mekanisme yang ditetapkan oleh Dewan Syura.
Terpilihnya pemimpin berusia 71 itu langsung direspons dengan ancaman oleh Israel. Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengatakan masa jabatannya akan bersifat sementara.
Baca Juga: Israel Serang Gaza Utara, 100.000 Warga Palestina Terjebak Tonton: Iran Bakal Kerahkan Semua Alat yang Tersedia untuk Serang Balik Israel "Penunjukan sementara. Tidak lama," tulis Gallant di akun X pribadinya, sambil melampirkan foto Qassem, pada hari Selasa (29/10). Pesan itu merupakan indikasi jelas bahwa setelah ini militer Israel akan menargetkan Qassem untuk dibunuh seperti pendahulunya. Tidak hanya itu, akun resmi berbahasa Arab pemerintah Israel juga menyebut Qassem akan segera mengikuti jejak pendahulunya yang tewas dalam serangan Israel. "Masa jabatannya dalam posisi ini mungkin menjadi yang terpendek dalam sejarah organisasi teroris ini jika ia mengikuti jejak pendahulunya Hassan Nasrallah dan Hashem Safieddine," tulis akun X pemerintah Israel.
Baca Juga: Sheikh Naim Qassem Terpilih Sebagai Pemimpin Baru Hizbullah Sosok Penting di Hizbullah
Qassem ditunjuk sebagai wakil kepala Hizbullah pada tahun 1991 oleh sekretaris jenderal Hizbullah saat itu, Abbas al-Musawi. Tahun berikutnya, al-Musawi tewas akibat serangan helikopter Israel. Qassem terus menjalankan perannya itu hingga masa kepemimpinan Nasrallah. Dirinya juga menjadi salah satu juru bicara utama Hizbullah dalam sesi wawancara dengan media asing. Sejak Nasrallah terbunuh pada 27 September lalu, Qassem telah menyampaikan tiga pidato di televisi. Salah satunya disampaikan pada 8 Oktober, di mana ia mengatakan bahwa Hizbullah mendukung upaya untuk mencapai gencatan senjata bagi Lebanon. Pernyataan itu membuat Qassem dianggap lemah. Banyak orang di Lebanon menganggap ia tidak memiliki karisma dan kewibawaan seperti Nasrallah.