Israel Kembali Menarik Tentaranya dari Gaza Selatan, Bersiap untuk Operasi Baru



KONTAN.CO.ID - Israel kembali menarik sebagian tentaranya dari Gaza Selatan pada hari Minggu (7/4). Otoritas pertahanan Israel mengatakan, mereka sedang bersiap untuk fase operasi baru di Gaza.

Melansir Reuters, militer Israel kini hanya menyisakan satu brigade di wilayah tersebut. Penarikan tentara ini telah dilakukan Israel secara bertahap sejak awal tahun, menyusul adanya tekanan dari sekutu terdekatnya, Amerika Serikat.

AS terus menegur Israel karena dianggap semakin mengabaikan keselamatan warga sipil di Gaza. Desakan semakin kuat setelah tewasnya tujuh pekerja kemanusiaan dari kelompok World Central Kitchen (WCK) pekan lalu.


Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengatakan pasukannya akan bersiap untuk operasi masa depan di Gaza.

Baca Juga: Bos World Central Kitchen Menyebut Israel Menyerang Pekerjanya dengan Sengaja

"Pasukan keluar dan bersiap untuk misi berikutnya, termasuk misi mereka yang akan datang di wilayah Rafah," kata Gallant.

Gallant mengatakan, Israel akan melanjutkan perang sampai Hamas tidak lagi menguasai Gaza atau mengancam Israel sebagai kelompok militer.

Terkait penarikan pasukan pada hari Minggu, pihak militer Israel tidak memberikan rincian mengenai alasan penarikan tentara atau jumlah tentara yang terlibat.

Penduduk Palestina di kota Khan Younis di Gaza selatan mengatakan, mereka telah melihat pasukan Israel meninggalkan pusat kota dan mundur ke distrik timur. Khan Younis menjadi sasaran serangan militer Israel dalam beberapa bulan terakhir.

Baca Juga: Israel Desak AS untuk Segera Mengesahkan Penjualan Jet Tempur F-15

Serbuan ke Rafah

Saat kepastian mengenai gencatan senjata belum juga muncul, Israel mengatakan serangan ke wilayah Rafah masih tetap diperlukan untuk memusnahkan Hamas.

Rencana terbuka ini dikecam komunitas internasional, bahkan mitra Israel sendiri, karena Rafah menjadi tempat bagi lebih dari satu juta penduduk Palestina.

Sebagai respons, Israel mengatakan akan mengevakuasi warga sipil sebelum melancarkan serangan.

Baca Juga: Biden Ultimatum Netanyahu untuk Lindungi Warga Sipil Gaza

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan bahwa tidak akan ada kesepakatan tanpa pembebasan sandera dan dia tidak akan menyerah pada tekanan internasional. 

Sementara itu, Hamas meminta agar perjanjian harus mencakup kebebasan bergerak bagi seluruh warga di seluruh wilayah Jalur Gaza.

Berdasarkan klaim Israel, Hamas menyandera lebih dari 250 dan membunuh sekitar 1.200 orang dalam serangan 7 Oktober 2023.

Serangan itu dibalas Israel dengan menyerang Jalur Gaza secara brutal, menewaskan lebih dari 33.100 penduduk Palestina di wilayah itu. Jumlahnya dipastikan akan terus bertambah mengingat Israel masih terus melakukan serangan.