KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Media Zionis Israel ramai memberitakan kebangkitan Hamas di Gaza, dengan merebut Kamp Jabalia dan Al Zaitoun. Mereka mengakui kembalinya pejuang perlawanan Palestina ke kamp Jabalia di utara Jalur Gaza dan Al Zaitoun di tenggara Gaza berarti sebagai kekalahan tentara Israel. Seperti diberitakan oleh IRNA, dengan mengutip Channel 14, dalam laporannya merujuk pada kembalinya pejuang kemerdekaan Palestina ke wilayah yang sebelumnya telah direbut oleh tentara pendudukan Israel.
Baca Juga: Ini Cerita Remaja Israel yang Disandera Hamas dengan Anjingnya Channel 14 juga menyebutkan, bahwa kembalinya Hamas ke Al Zaitoun di tenggara Gaza berarti kegagalan tentara Israel untuk membersihkan wilayah tersebut.
IRNA juga mengutip surat kabar Israel "Yedioth Ahronoth" mengutip seorang pejabat politik rezim Zionis, yang mengatakan bahwa selama Hamas adalah kekuatan militer terorganisir yang dapat menghentikan elemen lain, maka tidak mungkin ada penggantinya. Media zionis Israel juga menunjuk pada upaya tentara pendudukan untuk merebut kembali kamp Jabalia di Gaza utara dan Al Zaitoun. Mereka mengatakan bahwa rezim tentara pendudukan Israel harus membayar mahal untuk tetap tinggal mempertahankan diri di Jalur Gaza.
Baca Juga: Tentara Israel Menggerebek RS Al Shifa Gaza untuk Mencari Militan Hamas Sementara itu, situs berita media Walla menyalahkan kabinet Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu atas kegagalan negosiasi gencatan senjata dengan Hamas yang berlangsung di Mesir. Seperti dilaporkan kantor berita Reuters, tantara pendudukan Israel Kembali mengirim tank ke Jabalia timur di Jalur Gaza utara pada hari Minggu. Pada malam sebelumnya tantara Israel telah melakukan pemboman besar-besaran melalui udara dan darat. Serangan besar ini dikabarkan telah menyebabkan 19 orang meninggal dunia dan melukai puluhan lainnya. Jumlah korban tewas dalam operasi militer Israel di Gaza kini telah melampaui sedikitnya 35.000 warga Palestina, menurut kementerian kesehatan Gaza. Pengeboman tersebut telah menghancurkan daerah kantong pesisir dan menyebabkan krisis kemanusiaan yang parah.
Baca Juga: Israel Serang RS Indonesia di Gaza, Kemenlu Sebut Hilang Kontak dengan 3 WNI Perang tersebut dipicu oleh serangan pimpinan Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan lebih dari 250 orang disandera, menurut penghitungan Israel. Israel mengatakan 620 tentara tewas dalam pertempuran itu, lebih dari separuhnya tewas dalam serangan awal Hamas. Jabalia adalah kamp pengungsi terbesar dari delapan kamp pengungsi bersejarah di Gaza dan merupakan rumah bagi lebih dari 100.000 orang, yang sebagian besar adalah keturunan warga Palestina yang diusir dari kota-kota dan desa-desa di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Israel selama perang Arab-Israel tahun 1948 yang berujung pada pembentukan kamp pengungsi tersebut. negara Israel. Pada Sabtu malam, militer Israel mengatakan pasukan yang beroperasi di Jabalia menghalangi Hamas, yang menguasai Gaza, untuk membangun kembali kemampuan militernya di sana.
“Kami mengidentifikasi dalam beberapa minggu terakhir upaya Hamas untuk merehabilitasi kemampuan militernya di Jabalia. Kami beroperasi di sana untuk menghilangkan upaya tersebut,” kata juru bicara militer Israel Laksamana Daniel Hagari kepada wartawan. Hagari juga mengklaim bahwa pasukan pendudukan Israel yang beroperasi di distrik Zeitoun Kota Gaza menewaskan sekitar 30 militan Palestina. Pasukan Israel masuk jauh ke dalam kamp Jabalia, lebih dalam dari saat pertama kali mereka menyerbu Gaza utara, dengan tank-tank di dekat pasar lokal, kata warga. Mereka juga melaporkan baku tembak paling sengit dalam beberapa bulan terakhir di sana.
“Mereka melakukan pengeboman di mana-mana, termasuk di dekat sekolah yang menampung orang-orang yang kehilangan rumah,” kata warga Jabalia, Saed, 45, kepada Reuters melalui aplikasi obrolan. “Perang dimulai kembali, seperti inilah yang terlihat di Jabalia.” Tentara Israel Kembali mengirim tank kembali ke Zeitoun, serta Al-Sabra, di mana penduduk juga melaporkan pemboman besar-besaran yang menghancurkan beberapa rumah, termasuk bangunan tempat tinggal bertingkat tinggi. Tentara mengklaim telah menguasai sebagian besar wilayah ini beberapa bulan lalu.
Baca Juga: Israel Pounds Gaza, Hamas Fires Rockets as Netanyahu Indicates Long War Pejabat Pertahanan Mundur
Tidak hanya kecaman terhadap pemerintahan Benjamin Netanyahu yang dianggap gagal dalam perang di Gaza, serangkaian pengunduran diri pejabat Israel juga terus berlanjut.
IRNA melaporkan, seorang pejabat Dewan Keamanan Nasional Israel telah mengundurkan diri karena perselisihan dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengenai masa depan perang di Gaza. Menurut Kan 11, Yoram Hamo, seorang pejabat di Dewan Keamanan Nasional Israel telah mengundurkan diri. Hanya saja tidak ada penjelasan kapan pengunduran diri ini dilakukan. Hamo, adalah orang yang mengepalai departemen kebijakan strategis di dewan Kemanan Nasional Israel. Ia dianggap sebagai salah satu pengambil keputusan paling penting dalam merencanakan masa depan Gaza setelah perang. Kekalahan rezim Zionis dalam Operasi Badai Al-Aqsa dan ketidakmampuannya mencapai tujuannya untuk melepaskan tawanan Zionis dan menghancurkan Hamas, serta serangan yang baru-baru ini terjadi di kota Rafah di Jalur Gaza selatan, telah meningkatkan ketegangan di antara keduanya.