KONTAN.CO.ID - Duta Besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan, menyampaikan kekecawaannya terhadap pernyataan Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, yang menyebut bahwa serangan Hamas "tidak terjadi dalam ruang hampa" atau tidak dilakukan tanpa sebab. Menurut Erdan, pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Guterres membenarkan aksi terorisme. Guterres menanggapi kritik Israel tersebut, dengan mengatakan bahwa utusan Israel telah salah menangkap pesan yang dia sampaikan. "Saya terkejut dengan salah tafsir atas sebagian pernyataan saya kepada dewan tersebut. Seolah-olah saya membenarkan tindakan teror yang dilakukan Hamas. Ini salah. Justru sebaliknya," kata Guterres, dikutip
AP News.
Guterres kemudian mengulangi pernyataan yang disampaikannya di hadapan Dewan Keamanan PBB pada hari Selasa (24/10) tersebut di hadapan wartawan. Dengan tegas Guterres mengutuk aksi teror Hamas pada tanggal 7 Oktober.
Baca Juga: Pemimpin Hamas, Hizbullah, dan Islamic Jihad Cari Cara Kalahkan Israel "Saya dengan tegas mengutuk aksi teror Hamas pada tanggal 7 Oktober yang mengerikan dan belum pernah terjadi sebelumnya di Israel. Tidak ada yang bisa membenarkan pembunuhan yang disengaja, melukai dan penculikan warga sipil, atau peluncuran roket terhadap sasaran sipil," ungkapnya. Meskipun demikian, Erdan menyebut tanggapan Guterres adalah aib dan dirinya tidak akan menarik kembali dan meminta maaf atas komentarnya. Erdan juga sekali lagi menyerukan pengunduran diri Sekjen PBB. Erdan mengatakan bahwa Guterres mendistorsi dan memutarbalikkan kenyataan. "Setiap orang paham betul bahwa maksud perkataannya adalah bahwa Israel bersalah atas tindakan Hamas atau setidaknya menunjukkan pemahamannya atas latar belakang terjadinya pembantaian tersebut," kata Erdan. Riyad Mansour, Duta Besar Palestina untuk PBB, mengatakan kepada wartawan PBB pada Rabu (25/10) malam bahwa negara-negara Arab mendukung Guterres dalam melawan tuduhan konyol yang diarahkan kepadanya.
Baca Juga: Sekjen PBB: Hanya Solusi Dua Negara yang Bisa Menjamin Perdamaian di Timur Tengah Mansour menyebut Guterres sebagai simbol multilateralisme dan PBB yang berdiri di atas prinsip dan berdiri di gerbang penyeberangan Rafah dari Mesir ke Gaza.
"Kami salut padanya atas sikapnya yang berani, dan mungkin saat ini dia adalah orang paling populer di seluruh penjuru dunia, termasuk di kalangan rakyat Palestina. Kami menginginkan pemimpin yang tegas dalam hal membela keadilan, membela hukum internasional, dan menyelamatkan hak asasi manusia," kata Mansour. Namun tampaknya Israel sudah telanjur kecewa. Menteri Luar Negeri Israel, Eli Cohen, mengatakan dirinya tidak ingin bertemu dengan Sekjen PBB. "Saya tidak akan bertemu dengan Sekretaris Jenderal PBB. Setelah pembantaian tanggal 7 Oktober, tidak ada tempat untuk pendekatan yang seimbang. Hamas harus dilenyapkan dari muka bumi!," tulis Cohen di akun X pribadinya. Sejalan dengan itu, Erdan juga mengatakan bahwa Israel tidak akan memberikan visa kepada perwakilan PBB, termasuk kepada Wakil Sekretaris Jenderal Urusan Kemanusiaan, Martin Griffiths.