Israel Menyatakan Siap untuk Gencatan Senjata Sementara Fase Berikutnya



KONTAN.CO.ID - Presiden Israel, Isaac Herzog, menyatakan pihaknya terbuka untuk melakukan gencatan senjata sementara dengan Hamas di Gaza demi pembebasan lebih banyak tawanan yang ditahan oleh kelompok militan Palestina tersebut.

Pernyataan Herzog itu muncul di tengah meningkatnya tekanan internasional terhadap Israel untuk menghentikan serangannya terhadap Gaza dan mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan masuk ke wilayah konflik.

"Israel siap untuk jeda kemanusiaan lagi dan bantuan kemanusiaan tambahan untuk memungkinkan pembebasan sandera," kata Herzog pada pertemuan duta besar hari Selasa, dikutip Al Jazeera.


Fase gencatan senjata sebelumnya terjadi selama seminggu pada akhir November lalu. Saat itu, Hamas membebaskan 86 sandera asal Israel yang mereka tahan. Sebagai imbalan, Israel juga membebaskan 240 warga Palestina yang ditahan di Israel.

Baca Juga: WHO: Rumah Sakit Al-Shifa Gaza Seperti Lokasi Pertumpahan Darah

Potensi adanya gencatan senjata kedua ini juga menjadi bahan pembicaraan dalam pertemuan antara Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, Direktur Mossad David Barnea, dan Direktur CIA Bill Burns di Polandia pada hari Senin lalu.

Mengutip Reuters, pembicaraan tersebut berjalan dengan sangat positif karena para peserta memang datang dengan tujuan yang sama. Sayangnya, belum ada kesepakatan yang dicapai.

"Pembicaraan berjalan positif karena para negosiator menjajaki dan mendiskusikan berbagai proposal dalam upaya untuk mencapai kemajuan dalam negosiasi. Namun, kesepakatan tidak diharapkan terjadi dalam waktu dekat," kata seorang sumber diplomatik kepada Reuters.

Baca Juga: Militer Israel Semakin Ganas, Joe Biden Minta Benjamin Netanyahu Segera Berubah

Sementara itu, Hamas justru menolak segala bentuk negosiasi mengenai pertukaran tahanan selama aksi genosida Israel terus berlanjut.

Dalam pernyataan yang dirilis hari Selasa, Hamas hanya terbuka pada inisiatif apa pun yang berkontribusi untuk mengakhiri agresi. Hamas juga mendesak agar perbatasan terus dibuka agar bantuan kepada rakyat Palestina bisa masuk dengan lancar.

Perang yang bergejolak di Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah menyebabkan sekitar 1,9 juta rakyat Palestina kehilangan tempat tinggalnya. Jumlah itu setara dengan 90% populasi Gaza.

Hingga hari Selasa, otoritas kesehatan Gaza melaporkan sedikitnya 19.667 orang di kawasan itu kehilangan nyawa akibat serangan militer Israel, di mana sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak.