Istana: Kontraksi harga komoditas tekan pertumbuhan ekonomi Indonesia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pihak Istana mengonfirmasi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2019. Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2019 sebesar 5,02%. 

Salah satu penyebabnya adalah terjadinya kontraksi dalam nilai ekspor. "Secara nilai, mengalami kontraksi karena harga komoditas yang kontraksi cukup dalam," ujar Staf Khusus Presiden Arif Budimanta saat konferensi pers, Senin (10/2).

Baca Juga: CAD membaik, neraca pembayaran Indonesia surplus US$ 4,7 miliar pada tahun 2019


Padahal secara volume, ekspor Indonesia tahun 2019 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Arif bilang peningkatan volume ekspor sebesar 9,82%. Harga minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO) Indonesia turun sebesar 6% year on year (YoY). Begitu pula dengan harga batubara yang merosot hingga 27% YoY.

Tidak hanya itu, harga minyak mentah Indonesia (ICP) juga mengalami penurunan. Arif bilang harga rata-rata ICP turun sekitar 8% pada tahun 2019. "Walau secara volume ekspor non migas naik, namun secara nilai karena ada kontraksi komoditas maka pengaruhi pertumbuhan ekonomi," terang Arif.

Ekspor komoditas memang masih menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Oleh karena itu kebijakan hilirisasi akan digalakkan untuk melepaskan ketergantungan tersebut.

Baca Juga: Ketidakpastian ekonomi lebih besar tahun ini, begini respons Sri Mulyani

Arif bilang hilirisasi akan meningkatkan nilai tambah bagi Indonesia. Selain itu hilirisasi juga akan melepaskan ketergantungan ekspor Indonesia dari fluktuasi harga komoditas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi