JAKARTA. Pemangkasan target pertumbuhan ekonomi China justru berpotensi menguntungkan negara Asia lainnya. Peter Hickson, Managing Director Global Commodity Research and Basic Materials Strategy UBS AG menuturkan, kabar pemangkasan proyeksi ekonomi China akan menggiring investor global (foreign investment) masuk ke pasar modal Asia lainnya. Menurutnya, walaupun penurunan prospek ekonomi China akan mengancam permintaan komoditas, seperti batubara. Namun, selain China, India juga masih memiliki permintaan yang besar terhadap batubara dan komoditas lainnya. "India diharapkan dapat menjadi pendukung bagi pertumbuhan Asia," urai Hickson, di Jakarta, Selasa (6/3). Joshua Tanja, Head of Research UBS Securities Indonesia menambahkan, pada Februari lalu, aliran dana asing sudah masuk kembali ke negara-negara Asia. "Yang paling signifikan terjadi di negara Korea Selatan, Taiwan dan India," ujarnya, Selasa (6/3). Dia memperkirakan, capital inflow itu akan terus berlanjut.Namun sayangnya, capital inflow yang signifikan tidak terjadi di Indonesia. Menurut Joshua, ini karena investor masih memperhatikan perkembangan tentang sentimen domestik di Indonesia khususnya mengenai besaran kenaikan harga BBM bersubsidi.
Isu China bisa untungkan negara Asia lainnya
JAKARTA. Pemangkasan target pertumbuhan ekonomi China justru berpotensi menguntungkan negara Asia lainnya. Peter Hickson, Managing Director Global Commodity Research and Basic Materials Strategy UBS AG menuturkan, kabar pemangkasan proyeksi ekonomi China akan menggiring investor global (foreign investment) masuk ke pasar modal Asia lainnya. Menurutnya, walaupun penurunan prospek ekonomi China akan mengancam permintaan komoditas, seperti batubara. Namun, selain China, India juga masih memiliki permintaan yang besar terhadap batubara dan komoditas lainnya. "India diharapkan dapat menjadi pendukung bagi pertumbuhan Asia," urai Hickson, di Jakarta, Selasa (6/3). Joshua Tanja, Head of Research UBS Securities Indonesia menambahkan, pada Februari lalu, aliran dana asing sudah masuk kembali ke negara-negara Asia. "Yang paling signifikan terjadi di negara Korea Selatan, Taiwan dan India," ujarnya, Selasa (6/3). Dia memperkirakan, capital inflow itu akan terus berlanjut.Namun sayangnya, capital inflow yang signifikan tidak terjadi di Indonesia. Menurut Joshua, ini karena investor masih memperhatikan perkembangan tentang sentimen domestik di Indonesia khususnya mengenai besaran kenaikan harga BBM bersubsidi.