KONTAN.CO.ID - Ketegangan geopolitik antara Korea Utara dengan Amerika Serikat berimbas pada keluarnya dana investor asing di surat berharga begara (SBN). Jumat (11/8), jumlah kepemilikan asing di SBN turun 0,23% atau Rp 1,87 triliun dibanding hari sebelumnya. Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Nicodimus Anggi Kristiantoro menilai, penurunan jumlah kepemilikan asing pada SBN disebabkan aksi pengamanan portofolio akibat isu geopolitik. "Asing sedang mengamankan portfolionya ke aset
safe haven terkait gejolak memanasnya hubungan politik AS-Korut," jelas Nico, Senin (14/8).
Namun, Nico meyakini,
outflow tersebut hanya bersifat sementara. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementrian Keuangan per 11 Agustus 2017, asing masih mencatatkan kepemilikan sebesar Rp 781,74 triliun, atau tumbuh 17,01% secara
year to date (ytd). Dana pemodal asing yang masuk ke pasar Surat Berharga Nasional (SBN) tahun ini lebih disebabkan membaiknya fundamental ekonomi domestik. Terkendalinya inflasi, suku bunga, dan kurs rupiah menjadi sentimen positif pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu, status
investment grade dari S&P serta proyeksi kenaikan peringkat dari lembaga rating lainnya semakin meyakinkan investor asing untuk menanamkan dananya di pasar obligasi indonesia. "Terlebih lagi, masih tingginya imbal hasil obligasi Indonesia dibandingkan negara-negara di kawasan regional lainnya juga turut menjadi pertimbangan yang menarik," kata Nico. Ke depan, Nico melihat, pelaku pasar masih akan memperhatikan perkembangan terbaru konflik AS dengan Korut. Selain itu, rilis notulensi rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada pertengahan pekan ini juga akan mencuri perhatian pasar.
"Sementara dari global, pasar akan disajikan data mengenai neraca perdagangan periode Juli," jelas Nico. Mengutip laman forexfactory, sejumlah laporan neraca perdagangan sejumlah negara akan diumumkan dalam waktu dekat, seperti Indonesia, Jepang dan zona Eropa. Prediksi Nico, SUN tenor 10 tahun menjadi pilihan yang menarik bagi investor yang melihat prospek jangka panjang. Menurutnya, investor masih optimistis terhadap stabilitas makro ekonomi dan prospek yang kian membaik dalam jangka panjang. Sehingga inevstor akan menanamkan modal di seri bertenor panjang. "Dengan ekspektasi pasar obligasi akan bergerak bullish ke depannya, para investor akan mendapatkan gain yang lebih tinggi," imbuh Nico. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini