Isu Inflasi dan Spekulasi Dolar Angkat Harga Emas



JAKARTA. Melemahnya nilai tukar dolar akibat melambatnya pertumbuhan ketenagakerjaan AS mendorong kenaikan harga emas. Selain itu, rebound emas juga karena pelaku pasar kembali meliriknya sebagai instrumen lindung nilai terhadap inflasi. Ada kecemasan terhadap inflasi seiring kenaikan harga pangan seperti gandum, jagung, kedelai dan beras.

Harga gandum meloncat ke posisi tertinggi selama 23 bulan terakhir. Pemicunya, pekan lalu, Rusia melarang ekspor gandum akibat kekeringan parah yang memangkas produksi di sana. Cuaca yang buruk di Kanada, Ukraina dan Uni Eropa juga menghancurkan tanaman pangan. Di China, banjir tahun ini telah merusak 13,5 juta hektar lahan pertanian. Bencana ini diprediksi mengangkat harga bahan pangan dan memacu inflasi.

"Inflasi pangan dan pelemahan dolar kemungkinan besar menjadi kunci utama penggerak harga emas dalam beberapa hari ke depan," kata Hwang Doo Il, senior trader dari KEB Futures Co di Seoul, seperti dikutip Bloomberg, Senin (9/8).


Analis Askap Futures, Ibrahim menilai, selain faktor dolar dan inflasi, rebound emas juga karena naiknya permintaan seiring pesta rakyat di India, juga perayaan keagamaan hingga akhir tahun.

Sepekan ini, Ibrahim memprediksi si kuning cenderung naik mendekati US$ 1.218 per ons troi, dengan level support di US$ 1.189. Jika tembus US$ 1.218,51, maka berpeluang ke US$ 1.245 per ons troi. Sentimen dolar dan inflasi masih jadi faktor pendongkrak. "Tapi, peluang naiknya pasar saham yang didukung kenaikan harga komoditas, mungkin pula menahan rebound emas," imbuhnya.

Untuk pergerakan hari ini, Ibrahim menduga emas akan bermain di US$ 1.189,28 - US$ 1.218 per ons troi.

Sementara Vice President Riset Valbury Asia Futures, Nico Omer Jonckheere mengamini kenaikan emas akibat naiknya permintaan emas perhiasan dan batangan seiring festival di India. Tapi, menurutnya kenaikan yang terjadi tidak terlalu signifikan. Apalagi, secara fundamental mulai terlihat tanda pembalikan arah dari dolar yaitu pergerakannya yang flat. "Jika dolar naik karena meningkatnya risk aversion, maka emas akan tertahan," ujar Nico.

Meski begitu, sepekan ini dia masih melihat kuatnya peluang kenaikan emas karena faktor permintaan. Tapi, tetap tidak akan naik signifikan. Maka, Nico memprediksi pekan ini, si kuning bergulir di US$ 1180-1.220. Sementara, pergerakan hari ini di kisaran US$ 1.200-1.220 per ons troi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Djumyati P.