SINGAPURA. Peso Filipina memimpin pelemahan di antara mata uang Asia. Mata uang Asia tertekan karena spekulasi reli harga minyak dalam tiga pekan terakhir, akan memicu kenaikan inflasi, dan menggagalkan upaya regional untuk memacu pertumbuhan ekonomi.Indeks Bloomberg-JPMorgan Asia Dollar, yang menghitung pergerakan 10 mata uang utama Asia, menuju penurunan terbesar sejak 14 Februari. Ini terjadi seiring jatuhnya pasar saham regional.Sementara, peso tergerus 0,6% ke level 43,075 per dollar AS pada pukul 11.09 di Manila. Ini, pelemahan terbesar dalam hampir dua minggu. Kemudian, rupiah keok 0,5% ke Rp 9.165 per dollar AS. Lalu, ringgit melemah 0,2% menjadi 3,0200, dan won jatuh 0,2% ke level 1.128,28.Wisnu Varathan, ekonom Mizuho Corporate Bank Ltd. menyebut, harga minyak yang tinggi membahayakan bagi sebagian besar mata uang. "Ada kekhawatiran harga minyak bakal membebani pertumbuhan ekonomi," ujarnya, di Singapura.Minyak mentah diperdagangkan pada harga US$ 109,48 per barel di New York. Sepanjang bulan ini, harganya sudah melompat sebesar 11%. "Risiko besar untuk ekonomi global yaitu, jika Eropa tidak mampu menjaga stabilitas, dan harga minyak melonjak karena ketidakamanan politik di Teluk," kata Presiden Bank Dunia Robert Zoellick pada 25 Februari lalu, di Singapura.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Isu inflasi menggerus otot mata uang Asia
SINGAPURA. Peso Filipina memimpin pelemahan di antara mata uang Asia. Mata uang Asia tertekan karena spekulasi reli harga minyak dalam tiga pekan terakhir, akan memicu kenaikan inflasi, dan menggagalkan upaya regional untuk memacu pertumbuhan ekonomi.Indeks Bloomberg-JPMorgan Asia Dollar, yang menghitung pergerakan 10 mata uang utama Asia, menuju penurunan terbesar sejak 14 Februari. Ini terjadi seiring jatuhnya pasar saham regional.Sementara, peso tergerus 0,6% ke level 43,075 per dollar AS pada pukul 11.09 di Manila. Ini, pelemahan terbesar dalam hampir dua minggu. Kemudian, rupiah keok 0,5% ke Rp 9.165 per dollar AS. Lalu, ringgit melemah 0,2% menjadi 3,0200, dan won jatuh 0,2% ke level 1.128,28.Wisnu Varathan, ekonom Mizuho Corporate Bank Ltd. menyebut, harga minyak yang tinggi membahayakan bagi sebagian besar mata uang. "Ada kekhawatiran harga minyak bakal membebani pertumbuhan ekonomi," ujarnya, di Singapura.Minyak mentah diperdagangkan pada harga US$ 109,48 per barel di New York. Sepanjang bulan ini, harganya sudah melompat sebesar 11%. "Risiko besar untuk ekonomi global yaitu, jika Eropa tidak mampu menjaga stabilitas, dan harga minyak melonjak karena ketidakamanan politik di Teluk," kata Presiden Bank Dunia Robert Zoellick pada 25 Februari lalu, di Singapura.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News