Isu lingkungan tahan laju harga batubara



JAKARTA. Harga batubara berhasil naik tipis. Tetapi, sifatnya hanya terbatas. Memang sentimen kenaikan permintaan dari dalam negeri dapat menopang komoditas ini. Tapi, isu ramah lingkungan serta spekulasi kenaikan suku bunga AS masih menahan laju batubara. Mengacu data Bloomberg, Kamis (25/6) harga batubara kontrak pengiriman Juli 2015 di bursa ICE Commodity Exchange naik 0,16% ke level US$ 60,90 per metrik ton ketimbang hari sebelumnya. Sepekan, harga terkoreksi 0,32% Ibrahim, Analis dan Direktur PT Komoditi Ekuilibrium Berjangka menegaskan, kenaikan harga batubara bersifat terbatas. Sebab, masih ada ancaman kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika alias The Fed.

Beberapa waktu lalu, Gubernur The fed, Jerome Powell menyatakan kesiapan mereka mengerek suku bunga sebanyak dua kali di tahun 2015, satu kali di bulan September dan satu kali pada Desember 2015 mendatang. Selain itu, mata uang Euro juga belum mampu memukul kinerja dollar AS akibat kasus utang Yunani yang masih belum menemui kesepakatan dengan para kreditur.

"Jika AS menaikkan suku bunganya, harga komoditas seperti batubara akan tergerus," ujarnya. Isu ramah lingkungan juga masih menyeret harga batubara. Sekadar informasi, International Energy Agency mengatakan bahwa produksi batubara perusahaan Glencore Plc dan BHP Billiton Ltd yang saat ini mencapai 40% dari listrik dunia, akan turun hingga 30% pada tahun 2025. Tujuannya agar target kenaikan suhu dunia sebesar 2 derajat celcius dapat tercapai. Negara-negara Eropa serta AS memang sedang menggalakkan aksi ramah lingkungan dengan meminimalisir penggunaan batubara. Kenaikan harga batubara ditopang oleh sentimen dalam negeri. Pemerintahan Joko Widodo yang menggenjot pembangunan pembangkit listrik di pulau Jawa, Sumatera, hingga Kalimantan akan berimbas pada kenaikan permintaan batubara. Sebab, setengah dari pembangkit listrik tersebut akan memanfaatkan komoditas batubara sebagai salah satu sumber energi. Bahkan, menurut pihak Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia, rencana Tanah Air yang ingin menambah kapasitas pembangkit listrik sebesar 46% dalam empat tahun tersebut akan memicu kenaikan konsumsi batubara hingga tiga kali lipat.


Aksi tersebut juga akan melambungkan harga hingga 50%. "Sehingga dengan pembangunan pembangkit listrik di Indonesia ini, kebutuhan batubara terserap lebih tinggi," ujarnya. Pembangunan pembangkit listrik Indonesia bak oase di tengah padang pasir. Sebab, berdasarkan proyeksi Morgan Stanley, pasokan batubara dunia akan tumbuh di tahun 2015 seiring permintaan Negara China yang merosot 29%. Bahkan, menurut laporan UBS Group AG pada tanggal 1 Juni 2015, impor batubara China tahun ini 45 juta ton lebih rendah ketimbang tahun 2014.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan