JAKARTA. Ekonomi China yang terus melambat menjadi sentimen negatif bagi harga nikel. Hingga akhir tahun ini, harga nikel diperkirakan terus menurun ke US$ 15.350 per metrik ton. Mengutip data, Bloomberg, Kamis (18/12), pukul 12.55 waktu Hong Kong, harga nikel pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) US$ 15.576 per metrik ton (MT) turun 0,3% dibandingkan hari sebelumnya. Sepekan terakhir, harga tergerus 4,3%. Ibrahim, analis dan Direktur PT Equilibrium Komoditi Berjangka, mengatakan, harga nikel dipengaruhi oleh data ekonomi China yang semakin memperlihatkan perlambatan. Misalnya, harga rumah pada bulan November turun 0,4% dibanding Oktober 2014.
Perlambatan industri manufaktur di China turut menekan harga nikel. "Angka indeks manufaktur China sebesar 49,5 atau di bawah ekspektasi pasar 49,8 dan di bawah data bulan Oktober lalu yakni 50," kata Ibrahim. Sebelumnya Pemerintah China kembali mengguyur stimulus ekonomi senilai CNY 250 miliar. Namun upaya ini tidak berefek banyak, mengingat Tiongkok memiliki utang jatuh tempo (pemerintah dan swasta) bernilai total CNY 500 miliar. Pemangkasan suku bunga Bank Sentral China juga tidak mampu menolong negara dari perlambatan ekonomi. "Sedangkan isu kenaikan suku bunga The Fed masih akan terus menghangat hingga tahun depan," kata Ibrahim. Ini bisa menyebabkan indeks dollar AS kembali menguat. Harga nikel juga terus tergerus mengikuti harga minyak mentah yang loyo.