Isu perang dagang usik akhir pekan Tim Ekonomi Kabinet



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minggu (8/7), menjadi akhir pekan yang berbeda bagi menteri-menteri ekonomi Kabinet Kerja. Saat Presiden Joko Widodo menghabiskan akhir pekan bermain bersama cucunya Jan Ethes, para menteri harus melewatkan family time kali ini untuk rapat koordinasi (rakor) dadakan.

Rakor yang berlangsung di Kementerian Koordinator Perekonomian dari pukul 15.00 WIB hingga Magrib memang menjadi agenda mendadak. Sebab, hingga Jumat (5/7), tidak ada agenda rakor saat akhir pekan. Agenda itu baru muncul pada malam Minggu.

Tentu saja, agenda dadakan ini tak berlangsung seperti biasanya. Meskipun beberapa menteri berpakaian formal dengan baju batik, tapi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengenakan baju lebih santai dengan kemeja lengan panjang berwarna putih bermotif garis hitam, dipadu dengan celana panjang warna hitam. Biasanya, Retno sering memakai jas saat bekerja.


Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga memilik untuk mengenakan baju batik non formal yang dikombinasi syal warna biru. Lalu Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Tri Kasih Lembong yang biasanya mengenakan jas hitam, kemarin hanya mengenakan polo shirt.

Yang berbeda juga, Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution tak membawa ajudan. Dia bahkan mengendarai sendiri kendaraannya, Toyota Fortuner.

Rupanya, akhir pekan para pejabat negara terusik dengan hembusan perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China. Sebab, pasca menerapkan tarif baru terhadap barang impor China senilai US$ 23 miliar, AS dikabarkan tengah mengevaluasi sekitar 124 produk ekspor asal Indonesia, termasuk tekstil, plywood, kapas, dan beberapa hasil perikanan seperti udang dan kepiting. Evaluasi itu dilakukan guna menentukan produk apa saja yang masih layak menerima generalized system of preferences (GSP).

GSP merupakan kebijakan perdagangan suatu negara yang memberi pemotongan bea masuk impor terhadap produk ekspor negara penerima. Hingga saat ini (7 Juli 2018) Indonesia masih memperoleh manfaat GSP AS dengan pemotongan tarif bea masuk untuk 3.500 produk. Berdasarkan laporan GSP AS tahun 2016, Indonesia hanya memperoleh manfaat GSP sebanyak US$ 1,8 miliar dari total ekspor Indonesia ke AS pada tahun 2016 sebesar US$ 20 miliar.

Usai rapat, seluruh menteri sepakat tutup mulut dan menyerahkan seluruh pernyataan ke Darmin. "Rakor harus dilaksanakan hari ini, karena besok mau dibawa ke Ratas (rapat terbatas bersama Presiden) di Bogor," ujar Enggartiasto Lukita, Menteri Perdagangan kemarin.

Sekitar pukul 19.45 WIB, Darmin baru keluar dari kantornya. Ia hanya menyebut, rapat koordinasi tersebut telah membahas kepentingan beberapa kementerian yang langsung terkait dengan ancaman perdagangan Indonesia, termasuk antisipasi yang akan dilakukan pemerintah. Sayangnya, Darmin juga enggan membocorkan hal itu. "Saya belum mau komentar dulu urusan itu," tandasnya.

Yang jelas isu perang dagang menjadi isu panas, sebab ekspor Indonesia ke AS dalam lima bulan pertama tahun ini mencapai 7,43 miliar, naik 3,53% dibandingkan periode sama tahun lalu. AS merupakan negara terbesar kedua tujuan ekspor setelah China. Kontribusi ekspor AS mencapai 10,91% dari total ekspor non migas.

Namun pemerintah sepertinya terlambat melakukan antisipasi efek perang dagang. Pasalnya, desas-desus perang dagang AS-China sudah terdengar beberapa bulan lalu. Sudah seharusnya, saat perang dagang dimulai Jumat (6/7), Indonesia telah siap antisipasinya, bukan malah rapat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie