JAKARTA. Rupiah dibuka melemah pada pembukaan pagi, Senin (25/6). Pairing (USD/IDR) berada di level 9.514 per pukul 10.05 dari posisi 9.494 pada akhir minggu lalu. Kepala Divisi treasury Bank Negara Indonesia (BNI), Nurul Etti Nurbaeti berpendapat, lemahnya rupiah terpicu kekhawatiran pasar terhadap krisis Uni Eropa berikut gencarnya isu perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Hal itu menyebabkan permintaan mata uang berisiko tinggi terpapas, termasuk rupiah.Menurutnya, kondisi ini juga berpeluang menopang kuatnya The Big Dollar hingga terus membatasi pergerakan mata uang Garuda. "Terlebih likuiditas dollar AS di pasar terindikasi mengering dan mendorong tren kenaikan USD/IDR di NDF market," jelas Nurul, Senin (25/6).Hari ini, Nurul melihat, posisi rupiah terhadap dollar AS berpotensi bergerak dengan kecenderungan konsolidasi di range 9.430-9.530. Antisipasi dan penjagaan Bank Indonesia atas pergerakan valuta RI memunculkan ekspektasi bertahannya rupiah dari ancaman depresiasi yang dalam.Sementara itu, Mark Tan, Executive Editor Global Economics, Commodities & Strategy Research Goldman Sachs (Singapore) Pte memprediksi, untuk 12 bulan ke depan dari bulan ini, rupiah bisa menguat hingga ke posisi 9.200-an. "Walaupun 3 bulan ke depan ada potensi rupiah bisa tertekan hingga posisi 9.800," imbuhnya.Penguatan rupiah terhadap dollar AS untuk periode jangka panjang, menurut Mark Tan, dipicu dari maraknya kepemilikan asing di pasar obligasi Asia, termasuk di Indonesia. Itu disebabkan kembalinya minat investor terhadap aset berisiko selama dua belas bulan mendatang.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Isu perlambatan ekonomi global menekan rupiah
JAKARTA. Rupiah dibuka melemah pada pembukaan pagi, Senin (25/6). Pairing (USD/IDR) berada di level 9.514 per pukul 10.05 dari posisi 9.494 pada akhir minggu lalu. Kepala Divisi treasury Bank Negara Indonesia (BNI), Nurul Etti Nurbaeti berpendapat, lemahnya rupiah terpicu kekhawatiran pasar terhadap krisis Uni Eropa berikut gencarnya isu perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Hal itu menyebabkan permintaan mata uang berisiko tinggi terpapas, termasuk rupiah.Menurutnya, kondisi ini juga berpeluang menopang kuatnya The Big Dollar hingga terus membatasi pergerakan mata uang Garuda. "Terlebih likuiditas dollar AS di pasar terindikasi mengering dan mendorong tren kenaikan USD/IDR di NDF market," jelas Nurul, Senin (25/6).Hari ini, Nurul melihat, posisi rupiah terhadap dollar AS berpotensi bergerak dengan kecenderungan konsolidasi di range 9.430-9.530. Antisipasi dan penjagaan Bank Indonesia atas pergerakan valuta RI memunculkan ekspektasi bertahannya rupiah dari ancaman depresiasi yang dalam.Sementara itu, Mark Tan, Executive Editor Global Economics, Commodities & Strategy Research Goldman Sachs (Singapore) Pte memprediksi, untuk 12 bulan ke depan dari bulan ini, rupiah bisa menguat hingga ke posisi 9.200-an. "Walaupun 3 bulan ke depan ada potensi rupiah bisa tertekan hingga posisi 9.800," imbuhnya.Penguatan rupiah terhadap dollar AS untuk periode jangka panjang, menurut Mark Tan, dipicu dari maraknya kepemilikan asing di pasar obligasi Asia, termasuk di Indonesia. Itu disebabkan kembalinya minat investor terhadap aset berisiko selama dua belas bulan mendatang.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News