Isu subsidi listrik akan mempengaruhi market



JAKARTA. Pergerakan pasar saham dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (USD) akan dipengaruhi oleh penolakan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) terhadap rencana kebijakan pemerintah mencabut subsidi listrik. Sedangkan faktor eksternal masih akan dipengaruhi oleh isu Brexit.

Lana Soelistianingsih, Ekonom Samuel Sekuritas mengatakan, sentimen dari dalam negeri yang akan mempengaruhi pasar datang dari ditolaknya rencana kebijakan pemerintah mencabut subsidi listrik 900VA yang saat ini dinikmati 18 juta pelanggan. Nilai subsidi tersebut mencapai Rp 38,89 triliun.

"Alasan meragukan dari penolakan tersebut, pertama, pelanggan 900VA tersebut adalah keluarga mampu yang tidak layak disubsidi dan kedua kondisi daya beli masyarakat saat ini sedang lemah," kata Lana dalam riset yang diterima KONTAn, Rabu (15/6).


Penolakan DPR tersebut akan membuat tarif listrik untuk pelanggan 450VA dan 900VA batal naik. Ini akan membuat subsidi listrik kembali naik menjadi Rp 57 triliun.

Namun, parlemen menyetujui pemangkasan subsidi solar dari Rp 1.000 per liter menjadi Rp 500 per liter. Di saat yang sama, pemerintah juga melakukan pemangkasan belanja negara di bidang perlindungan sosial. Lana bilang, pemangkasan subsidi solar memberi dampak naiknya harga bahan makanan dan daya beli konsumen yang semakin turun.

Sementara, isu Brexit membuat volatilitas di pasar keuangan global semakin meningkat. Ini seiring dengan hasil pooling dari beberapa survei yang mencatat Brexit memimpin 1%-7%. Brexit merupakan janji PM Cameron, yang bisa mengancam keutuhan dan stabilitas di Uni Eropa di tengah kondisi ekonomi yang belum membaik. Dollar AS sebagai safe haven asset kembali diburu investor.

Lana memprediksi, rupiah kemungkinan melemah menuju kisaran Rp 13.400 - Rp 13.420 per USD, kecuali dalam penjagaan BI yang bisa ditahan di bawah Rp 13.400 per USD.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie