Itama Ranoraya Distribusikan Alat Antropometri Set



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) turut berpartisipasi mendukung pemerintah dalam melakukan transformasi kesehatan di Indonesia. Salah satunya dukungannya dilakukan melalui penyediaan alat antropometri set bersama dengan mitranya PT Balaraja Metalindo (Balmed).

Sebagaimana diketahui, Kementerian Kesehatan kini mulai berfokus menetapkan arah pembangunan kesehatan yang menitikberatkan pada kesadaran masyarakat mencegah terjadinya penyakit. Di tingkat Puskesmas dan juga Posyandu, tengah didorong upaya mencegah terjadinya kematian ibu dan bayi, serta stunting. 

Direktur Utama IRRA, Heru Firdausi Syarif mengatakan, perusahaan mendukung program implementasi pelayanan primer yang diusung pemerintah, khususnya dalam pilar teknologi kesehatan. "Hal ini sejalan dengan filosofi perusahaan kami yang mengusung tagline sebagai perusahaan penyedia alat-alat kesehatan medis yang berteknologi tinggi," kata dia dalam keterangan resminya, Senin (31/7).


Dia menambahkan, sejak Juli 2023, IRRA telah aktif mendistribusikan alat kesehatan antropometri set ke seluruh Indonesia yang digunakan untuk mengukur panjang bayi dan juga mengetahui berat badan bayi, sehingga dapat diketahui apakah bayi dan balita tersebut memperoleh asupan gizi yang cukup berimbang.

Baca Juga: Kimia Farma (KAEF) Mencatat Penjualan Rp 4,95 Triliun di Semester I-2023

Herry Cuaca, Direktur Balmed, principal IRRA dalam produk antropometri kit,  mengatakan produksi antropometri set mencapai 10.000 unit setiap bulan. Selain untuk memenuhi kebutuhan program pemerintah, produksi Balmed juga ditujukan ke sejumlah puskesmas dan klinik yang berada di seluruh wilayah Indonesia.

"Dengan telah diterimanya produk kami untuk berpartisipasi dalam mendukung kegiatan pembangunan kesehatan guna mencegah terjadinya stunting, kami 

Balmed berharap produk tersebut dapat meningkatkan keberhasilan program kesehatan masyarakat, terkhusus bagi para bayi dan anak, sehingga secara keseluruhan mampu mencegah terjadinya stunting pada anak dan secara jangka panjang.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), stunting merupakan gangguan pertumbuhan yang disebabkan terjadinya infeksi berulang dan kekurangan gizi kronis dalam jangka panjang. Terjadinya stunting ditandai dengan kondisi panjang atau tinggi badan anak yang berada di bawah standar. Secara medis stunting terjadi ketika tinggi badan anak berada di bawah kurva pertumbuhan yang seharusnya.

Baca Juga: Bisa Ganggu Kesehatan, Ini Dampak Buruk Kopi Untuk Anak-Anak

Awal tahun ini Kementerian Kesehatan secara khusus berfokus pada intervensi secara spesifik dalam menangani stunting pada anak, baik yang dilakukan pada masa kelahiran maupun setelah anak tersebut lahir. Pada saat bayi lahir maka program deteksi dini stunting dilakukan melalui pengukuran di posyandu.     Adapun diagnosis stunting dilakukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan dengan antropometri dan alat penunjang lainnya. Untuk itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin semakin gencar mendorong penggunaan antropometri di seluruh Posyandu di Indonesia. Melalui alat ini, kondisi bayi dapat dipastikan apabila terjadi perlambatan pertambahan berat badan, sehingga akan terdeteksi secara lebih cepat agar tidak terjadi mal nutrisi kronik yang akhirnya menyebabkan stunting. 

Sementara itu, Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Irma Ardiana mengemukakan, BKKBN memastikan setiap Posyandu memiliki antropometri set yang memenuhi standar.

Ia bilang, BKKBN turut mengawasi penyediaan barang sesuai dengan standar, antara lain memiliki TKDN tinggi, perusahaan juga mampu berkompetisi melalui katalog sektoral, memberikan jaminan dan layanan kalibrasi, serta menjangkau seluruh wilayah Indonesia, termasuk daerah-daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dina Hutauruk