ITSEC Asia (CYBR) Targetkan 1.000 Pengguna Pelindungan Siber IntelliBron Tahun Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan perlindungan siber PT ITSEC Asia Tbk (CYBR) menargetkan 1.000 pengguna atau end user untuk produk bernama IntelliBron di tahun 2024. Manajemen juga optimis jumlah pengguna dari IntelliBron akan melonjak hingga 20.000 pada tahun depan.

Perlu diketahui, produk IntelliBron tersebut merupakan sebuah sistem keamanan siber yang terintegrasi dalam sebuah jaringan untuk menjawab tantangan cyber security saat ini, khususnya bagi usaha kecil dan menengah (UKM).

"IntelliBron itu memang kita targetkan untuk usaha menengah kecil," kata Presiden Direktur PT ITSEC Asia, Joseph Edi Hut Lumban Gaol dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (21/8).


Baca Juga: ITSEC Asia (CYBR) Optimistis Catatkan Laba di Pengujung Tahun 2024

Joseph menerangkan bahwa IntelliBron merupakan salah satu bentuk dari komitmen ITSEC Asia untuk mengembangkan produk layanan keamanan sistem informasi yang dapat dijangkau dan digunakan oleh lebih banyak pihak.

"Banyak software sekarang (mahal) rasanya enggak mungkin perusahaan menengah-kecil bisa menjangkau itu." ujarnya.

ITSEC Asia telah menggandeng PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan Hypernet Technologies sebagai mitra strategis. Dalam pelaksanaannya, CYBR juga menunjuk DEFEND IT360 untuk pemasaran produk.

Joseph menerangkan, sejumlah Internet Service Provider (ISP) tersebut telah memiliki ekosistem yang memadai, sehingga bisa memudahkan para pengguna.

Baca Juga: Tawarkan Perlindungan Siber Bagi UKM, ITSEC Asia (CYBR) Luncurkan Produk IntelliBron

"Mereka (ISP) kan sudah punya pelanggan, tetapi cuma berlangganan konektivitas. Sekarang konvektivitas itu perlu diamankan. Jadi mereka bisa menawarkan software kita IntelliBron sebagai jasa nilai tambah. Kalau mau tambah keamanan, mereka (end user) tambah biaya langganan disitu," ujarnya.

Perlu diketahui, kejahatan siber memang menjadi salah satu ancaman terbesar saat ini. Berdasarkan data yang dipaparkan Statista Market Insights, kejahatan siber diprediksi memicu kerugian sebesar US$ 9,2 triliun secara global. Nilai kerugian tersebut pun, diperkirakan akan membengkak hingga US$ 15,6 triliun pada 2029 mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih