KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mulai 1 Januari 2020, iuran Badan Penyelanggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan resmi naik. Iuran BPJS Kesehatan naik untuk menambal defisit yang makin membesar. Kenaikan iuran BPJS Kesehatan ini sesuai Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 75 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Perpres Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan yang ditandatangani Presiden Jokowi pada 24 Oktober 2019. Hal ini juga menjadi angin segar bagi emiten yang berkaitan dengan kesehatan salah satunya sektor farmasi. Sebagai informasi, sebelumnya BPJS Kesehatan banyak menunggak pembayaran obat terhadap perusahaan farmasi.
Baca Juga: Konflik Iran-AS memanas, analis prediksi pasar saham bakal tertekan sementara Direktur Riset dan Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai kenaikan iuran BPJS tentu menjadi salah satu katalis positif untuk perusahaan farmasi. Terlebih Presiden Joko Widodo terus memperkuat dan melanjutkan program prioritas di bidang kesehatan. Lebih lanjut ia memprediksi, bisnis perusahaan yang bergerak di sektor kesehatan akan menggeliat pada tahun ini. Sehingga ia mengatakan prospek untuk saham-saham farmasi masih positif untuk ke depannya. Ia menilai saham PT Kalbe Farma Tbk (
KLBF) menjadi salah satu saham yang menarik untuk dikoleksi saat ini lantaran masih ada potensi harga dapat meningkat dan dari sisi kinerja keuangannya juga masih terbilang baik. Sementara Analis Panin Sekuritas William Hartanto belum dapat memastikan sejauh mana dampaknya terhadap kinerja perusahaan farmasi, menurutnya, kenaikan iuran BPJS belum tentu mempengaruhi kemampuan bayar tunggakan terhadap perusahaan. Secara keseluruhan, ia melihat prospek sektor farmasi masih kurang menarik. Pasalnya beberapa harga saham farmasi saat ini juga terus tersungkur. Misalnya saja PT Phapros Tbk (
PEHA) yang terkoreksi 1,87% ke level Rp 1.050 pada penutupan perdagangan Rabu (8/1), kemudian Kimia Farma Tbk (
KAEF) juga turun 3,45% ke harga Rp 1.120 per saham, selanjutnya
KLBF juga terkoreksi 3,06% ke harga Rp 1.585 per saham, dan saham Indofarma yang turun 7,51% ke harga Rp 800 per saham. “Salah satu faktornya kasus Jiwasraya, masih menarik dikoleksi kalau kasusnya sudah reda,” katanya Rabu (8/1).
Baca Juga: Banyak diburu asing, ini rekomendasi analis untuk saham perbankan Meski demikian, menurutnya saat ini ada beberapa katalis positif bagi emiten farmasi yakni kenaikan permintaan akibat musibah banjir yang mengancam kesehatan warga. Untuk investor yang ingin mengoleksi saham farmasi, ia merekomendasikan untuk membeli saham
SDPC dengan target harga Rp 200 per saham dan saham
KLBF dengan target harga Rp 1.700 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi