Izin perdagangan Renuka masih tersandera BKPM



JAKARTA. PT Renuka Coalindo Tbk belum bisa memacu bisnis perdagangan batubara. Mereka masih menunggu izin usaha pertambangan operasi produksi khusus (IUP OPK) pengangkutan dan penjualan batubara dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Nanti, izin BKPM itu melengkapi izin dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang sudah digenggam.

Renuka Coalindo menargetkan, pengurusan izin BKPM rampung tahun ini. "Cuma prosesnya banyak kekurangan, apalagi di BKPM agak sulit dan banyak persyaratannya," terang Farah Rakhisah, Sekretaris Perusahaan PT Renuka Coalindo Tbk, saat dihubungi KONTAN, Senin (3/7).

Kecuali perizinan, persiapan Renuka Coalindo menjadi trader atawa penjual batubara nyaris sudah matang. Paling tidak, perusahaan berkode saham SQMI di Bursa Efek Indonesia tersebut telah meneken perjanjian jual-beli batubara dengan PT Virema Impex dan PT Gea Lestari. Mereka bahkan siap menyewa kapal kargo jenis Supramax berkapasitas 50.000 ton-60.000 ton untuk mendukung proses pengiriman.


Patut dicatat, perdagangan batubara bukan bisnis anyar bagi Renuka Coalindo. Sebenarnya tiga tahun belakangan mereka sudah menjual batubara. Hingga Juni 2017, perusahaan itu tercatat melakukan dua kali perdagangan batubara.

Renuka Coalindo menjual batubara dengan jenis 3.400-3.600 kilo kalori (kkal). Pasar batubara terbesar mereka adalah India.

Namun, penjualan batubara Renuka Coalindo hanya berupa skema free on board (FOB) atau tanpa melakukan pengiriman batubara secara langsung. Bisnis itu juga masih menjadi bisnis sampingan. Sebab, bisnis utama Renuka Coalindo adalah produksi batubara.

Nah, mulai tahun ini Renuka Coalindo bermaksud ganti haluan dari semula produsen batubara menjadi penjual batubara sepenuhnya . Dus, sejak akhir tahun lalu mereka menjual seluruh kepemilikan saham di tambang PT Jambi Prima Coal dan PT Surya Global Makmur.

Selain lebih fokus pada bisnis perdagangan, penjualan aset tambang di Jambi menjadi strategi efisiensi Renuka Coalindo. Pasalnya, tambang Jambi merupakan penyumbang besar bagi beban operasional. "Karena memang beban itu banyak di Jambi untuk kontraktor dan trading batubara, sekarang sudah dijual otomatis beban turun signifikan," beber Farah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini