JaKARTA. Hasrat PT Kawasan Industri Jababeka Tbk membangun kawasan industri di luar Cikarang, Bekasi, mulai mendekati kenyataan. Perusahaan itu telah tuntas mengakuisisi 600 hektare (ha) lahan di Kendal, Jawa Tengah, yang bakal menjadi Kawasan Industri Kendal (KIK). Total lahan yang diakuisisi ini sejatinya belum mencakup target akuisisi di pengembangan tahap pertama. Pasalnya, perusahaan berkode KIJA di Bursa Efek Indonesia ini menargetkan bisa mengembangkan 860 ha di tahap pertama. Sementara, kalau dibandingkan dengan target luasan lahan KIK yang dibidik, akuisisi 600 ha itu setara dengan 22,22% lantaran total lahan yang ada adalah 2.700 ha. Perusahaan itu berencana mengembangkan kawasan ini secara bertahap.
Manajemen perusahaan ini menyatakan, biaya untuk mengakuisisi lahan dan mengembangkan infrastruktur 600 ha adalah Rp 1 juta per meter persegi (m²). Jadi kalau dihitung, total dana yang diperlukan Rp 6 triliun. Presiden Direktur Kawasan Industri Jababeka Setyono Djuandi Darmono, Senin (5/5), mengungkapkan, "Itu belum termasuk biaya tenaga kerja, bunga, dan lain-lain." Sayang dia tak membeberkan total kebutuhan biayanya. Yang jelas, dana investasi tak keluar dari kocek Jababeka sendiri. Melainkan, Jababeka menggandeng perusahaan asal Negeri Singa, Sembcorp Development Indonesia Pte. Ltd di proyek ini. Kedua perusahaan sepakat membentuk PT Kawasan Industri Kendal. Kendali kepemilikan saham Jababeka berbanding Sembcorp di perusahan ini adalah 51:49. Ada dua alasan mengapa Jababeka melirik Kendal.
Pertama, upah tenaga kerja yang kompetitif. Kalau membandingkan UMP Kendal dan Cikarang tahun 2014, memang terpaut jauh. UMP di Kabupaten Kendal sekitar Rp 1,21 juta per bulan sedangkan UMP di Kabupaten dan Kota Cikarang berkisar Rp 2,44 juta.
Kedua, Pemerintah Daerah Kendal sedang membangun Kendal Mega Seaport, pelabuhan penumpang dan barang pertama di Kabupaten Kendal yang ditargetkan selesai akhir tahun ini. Rencana ini tentu bakal menguntungkan akses industri yang beroperasi di wilayah ini. Belum dipasarkan Meski pembebasan lahan telah bergulir, Jababeka belum mulai menggarap infrastruktur KIK. Dengan alasan, pembangunan infrastruktur baru akan dimulai setelah ada investor yang membeli lahan dalam skala besar, minimal 100 ha-200 ha. Jababeka berencana akan melego dengan harga jual mulai dari US$ 85 per m². Berarti Jababeka berharap mengantongi
marketing sales US$ 85 juta-US$ 170 juta sebelum membangun infrastruktur.
Darmono mengklaim, ada beberapa perusahaan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang sedang melakukan penjajakan. "Dari sektor otomotif, elektronik, dan tekstil," kata dia. Sekretaris Perusahaan Kawasan Industri Jababeka Muljadi Suganda menambahkan, perusahaan belum memasukkan KIK ke dalam target
marketing sales perusahaan tahun 2014. Jadi, target
marketing sales tahun ini sebesar Rp 1,2 triliun akan dikejar dari penjualan lahan industri, residensial dan komersial di Kota Jababeka, Cikarang. Asal tahu saja,
marketing sales Jababeka di kuartal I-2014 adalah Rp 187 miliar. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang senilai Rp 200 miliar, berarti turun 6,5%. "Tahun lalu, banyak industri yang membeli kavling sedangkan tahun ini mereka hanya membeli
standard factory building (bangunan siap pakai)," kata Muljadi beralasan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anastasia Lilin Yuliantina