KONTAN.CO.ID - JAKARTA.
PT Jababeka Tbk (KIJA) bersama President University dan Technical University of Munich Asia (TUM Asia) bakal bekerja sama dalam pengembangan pusat riset dan inovasi, serta pusat pendidikan ilmu terapan berbentuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pendidikan dan Teknologi di kawasan industri Jababeka, Cikarang, Bekasi. Kerjasama ini telah diawali dengan penandatanganan Perjanjian Kesepahaman atau
Memorandum of Understanding (MoU) oleh ketiga pihak pada Selasa, 10 Oktober 2023, bertempat di Fabrication Laboratory (Fablab). Dalam penandatangan MoU tersebut, Jababeka & Co. diwakili oleh Sutedja S. Darmono dan Tjahjadi Rahardja selalu direktur perseroan, President University diwakili oleh Prof. Dr. Chairy selaku Rektor, dan pihak TUM Asia oleh Dr. Markus Waechter selaku Managing Director.
Baca Juga: Jababeka (KIJA) Optimistis Target Penjualan Lahan Rp 1,4 Triliun Tercapai Ikut menyaksikan Thomas Graf, Deputy Head of Mission Kedutaan Besar Jerman di Jakarta, Pejabat Bupati Bekasi Dr. H. Dani Ramdan, Chairman Grup Jababeka yang juga founder President University DR. SD Darmono. Dalam upaya mewujudkan KEK Pendidikan dan Teknologi tersebut, Jababeka, President University dan TUM Asia sepakat bekerja sama untuk menyusun rencana kerja pembangunan pusat penelitian dan pengembangan yang diintegrasikan dengan rencana pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pendidikan dan Teknologi di Jababeka, Cikarang diharapkan Bupati Dani Ramdan bisa menjadi pendorong untuk berbagai pihak dalam mewujudkan KEK tersebut. “Upaya yang dilakukan Jababeka, TUM Asia dan President University ini merupakan terobosan dalam pengembangan KEK Pendidikan dan Teknologi di Jababeka,” ungkapnya melalui keterangan tertulis yang diterima Kontan, Jumat (13/10). “Saya mendorong Dewan Nasional KEK agar segera mengeluarkan Surat Keputusan KEK Pendidikan dan Teknologi di Jababeka, Cikarang,” tambahnya. Ada tiga ruang lingkup kerja sama dalam MoU ini. Yang pertama, peningkatan kualitas SDM melalui pendirian pusat pendidikan dan pelatihan bagi para pekerja dan kalangan profesional di kawasan industri Jababeka dan berbagai kawasan industri lain yang ada di sekitarnya. Kedua, pendirian pusat penelitian dan pengembangan untuk mendorong terjadinya percepatan inovasi di perusahaan-perusahaan yang ada di berbagai kawasan industri di Kabupaten Bekasi dan sekitarnya. Ketiga, pengembangan fasilitas yang mendorong terjadinya pertukaran ilmu pengetahuan baik untuk mahasiswa dan dosen maupun para pelaku usaha yang ada di kawasan industri Jababeka dan sekitarnya. Sutedja Darmono selaku direktur Jababeka mengatakan penandatanganan MoU ini merupakan salah satu langkah nyata dari upaya perseroan untuk mewujudkan KEK Pendidikan dan Teknologi di kawasan industri Jababeka, Cikarang. Sutedja juga menyoroti aspek pengembangan SDM melalui KEK. Sekarang ini, ungkap dia, banyak perusahaan yang mengalami kesulitan dalam mencari tenaga kerja yang kompeten, berdaya saing dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. “Hadirnya KEK, yang salah satu fokusnya adalah untuk meningkatkan kualitas SDM,
diharapkan mampu menjawab tantangan bagi perusahaan yang mengalami kesulitan mencari tenaga kerja yang kompeten,” tegas Sutedja. Disisi lain, rektor President University, Prof. Chairy mengakui bahwa upaya untuk membangun fasilitas riset dan pengembangan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. “Banyak perusahaan yang mungkin belum berpikir untuk mengembangkan fasilitas riset dan pengembangan sendiri. Ini baik dari sisi perangkat kerasnya, seperti mesin-mesin dan teknologinya, maupun dari sisi perangkat lunaknya, yakni SDM dan ilmu pengetahuan,” paparnya. Maka, lanjut dia, kehadiran KEK Pendidikan dan Teknologi diharapkan bisa menjadi solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh banyak perusahaan yang belum memiliki fasilitas riset dan pengembangan sendiri.
Managing Director TUM Asia dan Jerman, Markus Waechter mengakui bahwa pihaknya senang bisa berkolaborasi dengan Jababeka dan President University dalam mengembangkan proyek ini. “Saya menilai pengembangan KEK ini merupakan upaya yang luar biasa. Kami di TUM Asia merasa bangga bisa terlibat dalam upaya ini,” katanya. “Proyek ini bisa menjadi faktor kunci bagi kalangan industri untuk melakukan transformasi bisnisnya. Dan, dunia pendidikan perlu merespon tantangan yang terjadi di dunia bisnis yang terus berubah dan membutuhkan banyak hal, seperti up-skilling, re-skilling atau new skilling,” tutup Markus. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .