Jababeka menunggu ajakan pemda untuk membangun kawasan ekonomi khusus



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski mengaku belum menikmati keuntungan dari dua proyek Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), manajemen PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) tak ragu membuka peluang pengembangan KEK baru. Namun syarat mereka adalah mendapatkan restu dari pemerintah daerah (pemda) setempat.

Lokasi KEK yang masuk dalam angan-angan pengembangan Jababeka adalah Bangka Belitung. "Istilahnya bukan kami akan ekspansi, tapi kalau Pemda Bangka Belitung mau dan kami diundang masuk, itu hal lain," kata Darmono Setyono Djuandi, Presiden Komisaris PT Kawasan Industri Jababeka Tbk kepada Kontan.co.id, Selasa (10/7).

Jababeka mengaku, model pengembangan proyek-proyek kawasan sebelumnya juga menunggu ajakan pemda. Emiten berkode saham KIJA di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu mengakui keterbatasan sumber daya dan dana yang dimiliki. Maka itu, skema kerjasama menjadi prioritas.


Sebagai informasi, Jababeka sudah mengembangkan dua KEK di Tanjung Lesung Banten dan Morotai Maluku Utara. Selain KEK, emiten ini mengembangkan Kota Jababeka dan Kawasan Kawasan Industri Kendal.

Kota Jababeka merupakan kota mandiri seluas 5.600 hektare (ha) di Cikarang, Jawa Barat. Menurut informasi dalam situs resmi Jababeka, 60% lahan Kota Jababeka sudah terolah. Sementara Kawasan Industri Kendal berupa kawasan industri terpadu di Kendal, Jawa Tengah.

Minta insentif

Performa masing-masing proyek kawasan tersebut tak sama. Untuk dua proyek KEK, manajemen Jababeka bahkan terang-terangan mengaku masih merugi. Meskipun usia KEK Tanjung Lesung sudah 25 tahun sedangkan KEK Morotai tujuh tahun.

Lain cerita dengan Kawasan Industri Kendal. Tantangan Kawasan Industri Kendal adalah harga gas dan listrik yang tinggi. Padahal kedua komponen biaya tersebut menjadi perhatian utama para investor tatkala akan berinvestasi di kawasan industri.

Untuk itu, manajemen Jababeka mengajukan permohonan insentif harga gas dan listrik kepada pemerintah. "Kawasan Industri Kendal kami desain seperti Singapura, kalau harga gas dan listrik lebih tinggi, apa gunanya investor asing masuk kawasan industri dalam negeri, lebih baik mereka produksi di luar," beber Darmono.

Dalam catatan internal Jababeka, setidaknya ada 80 investor yang sudah membangun pabrik di Kawasan Industri Kendal dengan rata-rata luas pabrik 100 ha. Jumlah investor ini belum termasuk 43 investor yang merencanakan pembangunan pabrik.

Berdasarkan laporan keuangan kuartal I-2018, boleh jadi proyek kawasan yang paling menguntungkan Jababeka adalah Kota Jababeka. Dari sisi geografis, proyek di Cikarang mendominasi penjualan dan pendapatan jasa.

Meskipun begitu, Jababeka juga menaruh harap pada proyek-proyek di Bekasi dan Karawang. Paling tidak, sudah tersedianya infrastruktur di kedua daerah tersebut menjadi katalis positif bagi Jababeka dalam mengembangkan proyek.

Sepanjang tahun ini, Jababeka mengalokasikan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) Rp 400 miliar untuk membeli lahan. Belanja lahan tersebut secara bertahap di lokasi yang sudah dirambah. "Di Cikarang misalnya tambah terus karena kami sambil jual, mesti beli juga, kalau tidak beli ya nanti kami tidak punya stok lagi," tutur Darmono.

Hingga Mei 2018, Jababeka memiliki total landbank atau tabungan lahan seluas 3.347 ha. Landbank terluas ada di Tanjung Lesung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati