KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Co-founder sekaligus mantan CEO Twitter, Jack Dorsey, mengakui bahwa ada banyak masalah yang ada di tubuh layanan media sosial tersebut. Dorsey pun yakin bahwa masalah masih ada hingga saat ini. Dalam tulisan di blog pribadi yang terbit hari Selasa (13/12), Dorsey menyebut Twitter di era sekarang tidak memenuhi tiga prinsip dasar yang ia susun. Tiga prinsip tersebut menjelaskan bahwa media sosial harus menahan kontrol perusahaan dan pemerintah, para penulis adalah satu-satunya orang yang dapat menghapus konten yang mereka hasilkan, dan moderasi paling baik diterapkan dengan pilihan algoritmik.
"Twitter saat saya memimpinnya dan Twitter saat ini tidak memenuhi prinsip-prinsip ini," tulis Dorsey dalam pesannya seperti dikutip
CNBC. Baca Juga: Elon Musk: Twitter Akan Berikan Amnesti ke Sejumlah Akun yang Ditangguhkan Meski tidak menyebut nama Elon Musk yang merupakan CEO Twitter saat ini, namun pernyataan Dorsey kemungkinan besar merujuk pada pernyataan Trump dalam "Twitter Files" yang menyebut manajemen sebelumnya bias terhadap kaum konservatif dalam menangani moderasi konten. Di sisi lain, Dorsey pun mengakui sempat mengabaikan usaha untuk membawa Twitter ke arah yang lebih baik setelah firma aktivis Elliott Management terlibat dengan perusahaan itu lebih dari dua tahun lalu. "Ini salah saya sendiri. Saya benar-benar berhenti mendorong mereka ketika aktivis memasuki saham kami pada tahun 2020," ungkap Dorsey. Tanpa menyangkal kesalahannya, Dorsey merasa Twitter bisa ada di posisi yang lebih baik hari ini jika pihaknya dulu lebih fokus pada layanan untuk para pengguna, bukan pada layanan bagi pemilik bisnis.
Baca Juga: Twitter Luncurkan Twitter Blue Terbaru, Pengguna Apple Bakal Bayar Lebih Mahal Akuisisi Twitter oleh Musk bulan Oktober lalu telah menghapus banyak kebijakan moderasi lama. Musk bahkan mengembalikan akun milik mantan Presiden AS, Donald Trump, yang sempat ditangguhkan otoritas Dorsey terkait kerusuhan di US Capitol awal tahun lalu. Dalam tulisan terbarunya, Dorsey mengatakan bahwa secara umum platform perpesanan sosial tidak boleh menghapus konten atau menangguhkan akun karena hal itu memperumit konteks penting, pembelajaran, dan penegakan aktivitas ilegal. Dorsey mempromosikan gagasan "protokol media sosial yang bebas dan terbuka" yang tidak dimiliki perusahaan media sosial mana pun. Saat ini Dorsey menyayangkan gagasan itu mulai ditinggalkan oleh pejabat Twitter yang baru. "Masalahnya hari ini adalah kami memiliki perusahaan yang memiliki protokol dan penemuan konten, yang pada akhirnya membuat satu orang bertanggung jawab atas apa yang tersedia dan dilihat atau tidak," pungkas Dorsey.